Foto diatas diambil oleh Kak Hendrik, salah satu volunteer yang bekerja dengan saya di sesi “One Woman, A Baby, and A Backpack” bersama Jane Cornelius dan Jeni Caffin. Tentu saja saya tidak tahu menahu tentang foto ini sampai foto ini diunggah Kak Hendrik di Grup Facebook khusus Volunteer UWRF (yes, we have it :)).
Saya jadi teringat blog post Jaesa Rahmannialdy, yang isinya kurang lebih sama, menceritakan tentang pesepakbola muslim yang merumput di Liga Inggris – dan mesti siap sholat dimana saja. Syukur alhamdulillah, pemain-pemain tersebut mungkin sedikit lebih beruntung dari saya.
Hari itu, setelah saya bertugas di Maya Ubud – yang saya ceritakan disini – saya bertugas di Yoga Barn. Tempatnya buuuaguuusss, pemirsa. Masuknya sih lewat jalan kecil, yang kalau ada motor papasan, satunya harus berhenti supaya tidak bersenggolan. Tapi begitu masuk ke dalam, kita akan disambut beberapa bangunan kecil (kantor dan dapur), lalu ada gubug yang berfungsi sebagai kantin. Di belakangnya lagi, ada tangga dan jalan setapak menuju sebuah lapangan dan bangunan bertingkat. Beberapa ruang di bangunan yang saya lewati sebenarnya bukan kosong, melainkan digunakan untuk kelas yoga. Ada berbagai kelas yang bisa dicoba, dengan harga yang relatif terjangkau dibanding tempat-tempat yoga lainnya.
Oyaaa, Ubud memang terkenal dengan gaya hidup sehat lho. Jadi kalau ke Ubud, jangan bayangin tempat hingar bingar sampai malam. Rata-rata aktivitas sudah berhenti jam sepuluh malam. Menurut Keith (teman saya dari Irlandia yang sama-sama volunteer UWRF), banyak juga turis mancanegara yang jauh-jauh ke Ubud untuk belajar yoga. Amazing, huh?
Berhubung sesi dijadwalkan selesai jam 17.00, saya takut ga akan keburu untuk saya sholat ashar di homestay. Meski maghrib di Ubud jam 18.17, tapi saya masih harus beres-beres, dan macet jalanan di Ubud susah banget diprediksi. Makanya saya meminta izin kepada manajemen Yoga Barn untuk sholat disini.
Sehabis sholat, saya sempat menitikkan air mata. Mudah rasanya untuk mencari-cari alasan untuk meninggalkan sholat. Tapi bagi saya, jika Allah telah memanggil, segala cara harus ditempuh untuk memenuhinya. Selagi mampu, selagi bisa, selagi masih diberi kekuatan..
Semoga, semoga kita selalu istiqomah untuk mengejar ridho-Nya ya, sister :)
Salam,
Prima
No comments:
Post a Comment