Monday, February 24, 2014

Dream and Fly High

Kalau dulu Wright bersaudara berhenti bereksperimen karena ga kuat dengerin cemoohan orang-orang sekitar mereka, mungkin kita sekarang masih kemana-mana naik kuda..

Yup, ini adalah tweet saya kemarin minggu saat salah satu impian saya dibilang ketinggian sama seorang sahabat – lalu tadi pagi saya nemu quote diatas.

Padahal, impian saya 'cuma' kerja dan sekolah di luar negeri. Bukan bikin pesawat, bukan jadi presiden (iya sih, saya punya impian untuk jadi Ketua DPR :D), bukan juga menyembuhkan kanker.

Saya 'cuma' pingin kerja dan sekolah di luar negeri – which deep down inside my heart, I know I can do it.

Tentu dia bukan orang pertama yang menyangsikan impian saya. Jangankan sahabat, ayah saya aja ga percaya sama saya kok :))
And yes, the father of Wright Brothers also felt doubtful for their dream..
Post ini bukan untuk mengkonfrontasi mereka, karena setelah mendinginkan kepala, I know one thing: they do care about me, as they keep me here, down to earth. Kalau saja ayah saya orangnya membebaskan saya sebebas-bebasnya, mungkin saat ini saya sudah mbambung di negara antah berantah; bangun jembatan di desa terpencil, mandiin gajah di penangkaran, atau sekedar bacain buku cerita untuk anak-anak korban perang di Palestina (iya, ini juga impian saya sih..).

Terus, apakah dengan memiliki mimpi yang besar, artinya hidup saya ga realistis?

I don't think so.

Yang jelas saya tahu, ketika saya berani bermimpi, saya berani bekerja keras untuk mewujudkannya (okay, it feels like deja vu now, kalau saya udah pernah nulis ini di post lain, lemme know ya..).

You know what, mungkin bagi banyak orang, ketemu Pangeran Dubai itu mimpi yang impossible. But when I put my effort on it, I was just steps away from it. Saya udah sempet loncat-loncat waktu dapat kabar positif tentang penerimaan saya sebagai partisipan sebuah event di Dubai, tapi sayangnya karena beberapa hal, ternyata memang belum rezeki saya. And I will try again, very soon :)

Bukannya juga saya berharap ketemu Pangeran Dubai disana, meski saya tahu PASTI salah satu Pangeran akan datang dan membuka event tersebut, tapi makdesud saya adalah, ini d-u-b-a-i gitu lho, one of my obsession! :)))

Kalau kata Celine Dion, “no mountain is too high for you to climb”, it's trueee. Semua yang kita pegang, kita gunakan, SEMUA berasal dari mimpi. Mimpi banget ga sih kalau dua orang berbeda benua bisa tatap muka, hanya lewat handphone atau komputer? It was once a dream, tapi sekarang justru kayaknya mimpi banget kalau handphone atau laptop kamu ga ada Skype atau ga bisa video call. Ya kan?




Semua orang pasti punya impian. Pun nenek saya yang tinggal di desa. Dulu mimpi nyekolahin anak-anaknya sampai kuliah – which seems impossible for them. Tapi ternyata ayah saya dokter hewan, tante kedua saya S3 dan ngajar mahasiswa S2, tante ketiga saya dokter. Lalu mimpinya bertambah yaitu naik haji, alhamdulillah accomplished. Lalu mimpinya bertambah yaitu punya TPA, alhamdulillah terlaksana juga.

Kuncinya satu, saya ingat sekali kata Merry Riana, “Sertakan Tuhan dalam mimpimu”.
Ustadz saya juga bilang hal yang sama, bahwa tidak ada impian yang terlalu besar untuk Allah wujudkan, selama impian itu tidak salah jalur dan bisa membawa manfaat bagi banyak orang.

Artinya, kalau kamu punya impian kaya karena korupsi, ya itu jelas salah.
Tapi kalau kamu punya impian pingin punya perguruan tinggi yang gratis untuk orang tidak mampu, I do really think it's possible.


The question now is, how hard your work is to make it happen? ;)

*salaman sama Agnes Monica :)))))
Love,
Prima

7 comments:

  1. my friend told to me "mimpi itu doa van,usaha yang mengamini dan kenyataan adalah hasil" quote itu yang selalu aku ingat :)

    ReplyDelete
  2. Wow... inspiratif sekali untuk saya yang (tadinya) takut bermimpi dg alasan takut kecewa... dan sekarang sedang membangun keberanian untuk bermimpi, lalu membuatnya nyata tentunya :)

    Makasih Mbak Prima...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dear Rosa, saya juga pernah takut bermimpi :)
      tapi setelah saya renungkan lebih dalam, sebenarnya ketakutan bermimpi itu 'ternyata' karena saya ga siap untuk bekerja keras.
      semua mimpi membutuhkan usaha maksimal, yaitu sebuah upaya yang lebih dari sekedar kemampuan 'biasa' kita. melelahkan, iya. makanya orang takut bermimpi, takut menghadapi konsekuensi bahwa kita HARUS keluar dari zona nyaman.
      misalnya saya, mimpi kerja di luar negri. kalau dipikir lho, enakan juga di negara sendiri, kalau sampai kepepet, ada orang tua yang bisa biayain apa-apa. di luar negri mana ada? this, makanya bermimpi = siap mengambil resiko.
      semoga membantu ya, good luck in building your dreams ;)

      Delete
  3. Saya pun pernah bermimpi untuk bisa sekolah di luar negeri, dan kerja di sana pula.. tapi dengan adanya anak saya mulai berpikir itu gak mungkin.. apalagi umur yang terus bertambah.. jadi pelan-pelan saya berusaha 'membunuh' mimpi saya itu.. karena ada anak yang harus saya pikirkan.. jadi saya alihkan mimpinya jadi sekolah S2 di dalam negeri saja, ke luar negerinya pas jalan-jalan bareng anak :P

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...