Today is the World Radio Day! ^^
It's been almost 4 years since I quit from the radio where I worked as an announcer.
Udah segitu aja bahasa Inggris-nya, lagi lemot :|
Jadi inget masa-masa saya siaran di radio. I tell you, that was the best moments in my life. Ever.
Saking kerjanya (buat saya) menyenangkan banget, saya pernah nyeletuk, “jadi penyiar radio adalah satu-satunya pekerjaan yang misalnya-pun saya ga dibayar, saya tetap akan mau melakukannya” Engga deng. Boong. Kalau ga dapet gaji, beli bensin pake apa? Daun? :))
Flashback di tahun 2006, dimana saya saat itu stres berat karena ga lulus SMA. Serius, saya ga lulus SMA karena nilai matematika saya 4.00 - meski nilai bahasa Indonesia dan bahasa Inggris saya diatas 9.00, tapi karena perubahan sistem, saya tetap ga lulus SMA.
It's been almost 4 years since I quit from the radio where I worked as an announcer.
Udah segitu aja bahasa Inggris-nya, lagi lemot :|
Jadi inget masa-masa saya siaran di radio. I tell you, that was the best moments in my life. Ever.
Saking kerjanya (buat saya) menyenangkan banget, saya pernah nyeletuk, “jadi penyiar radio adalah satu-satunya pekerjaan yang misalnya-pun saya ga dibayar, saya tetap akan mau melakukannya” Engga deng. Boong. Kalau ga dapet gaji, beli bensin pake apa? Daun? :))
Flashback di tahun 2006, dimana saya saat itu stres berat karena ga lulus SMA. Serius, saya ga lulus SMA karena nilai matematika saya 4.00 - meski nilai bahasa Indonesia dan bahasa Inggris saya diatas 9.00, tapi karena perubahan sistem, saya tetap ga lulus SMA.
Padahal saat itu saya sudah diterima di beberapa universitas negeri, jadi stres-nya itu tumpuk-tumpuk pemirsa. Ribet banget antara ngurus ujian persamaan Paket C dan minta keringanan dari universitas – yang untungnya dapat dispensasi untuk masuk di tahun selanjutnya. Di puncak stres tersebut, di tangan saya ada uang masuk kuliah yang ga mungkin juga saya bayarkan, dan saya bingung mau diapain ini uang. Awalnya terpikir untuk liburan ke Eropa (boong lagi, wong buat beli tiket pesawat aja ga akan cukup..), tapi tiba-tiba saya dengerin program broadcasting course di salah satu radio anak muda di Surabaya.
Setelah ngobrol sama ayah dan mama, akhirnya saya ikut course tersebut, dan azaib, stres saya langsung sembuh :))
Broadcasting course tersebut bukanlah interaksi pertama saya dengan radio. Mama yang seorang pengamat (apa-apa diamatin), suka nimbrung sama salah satu radio yang terkenal dengan citizen journalism-nya. Jadi, jauh sebelum saya ikut broadcasting course, saya sudah berpikir bahwa penyiar radio itu profesi yang keren. Apalagi saya juga seneng ngomong kan yes, so I was thinking that one day I might be a radio announcer.
Trus, balik ke pas broadcasting course, apakah saya kemudian langsung jadi penyiar radio?
Nope, saya balik ke bangku SMA bo', mempersiapkan diri buat ujian lagi di tahun berikutnya. This, why I really really hate education system in Indonesia. Ga lulusnya cuma SATU ujian, sengsaranya berbulan-bulan. Ahahaha, lagi-lagi nyari kambing hitam.
Saya baru mendapatkan kesempatan untuk menjadi penyiar radio setelah...tiga tahun menanti, yaitu di tahun 2009.
Maklum kan 2007 baru mulai kuliah, sibuk adaptasi, organisasi kesana-kemari, pacaran.. *ups
Radionya berada di dalam sebuah komplek Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi, yang termasuk terkenal di Malang. Bangunannya keren, dan tante saya ngajar disitu. Saya langsung merasa nyaman. Kalau mau dicari, bisa ketemu tuh foto saya masih TK lari-lari di halaman Sekolah itu, tepat dibawah bangunan yang kemudian menjadi tempat saya cuap-cuap selama setahun.
Beberapa teman-teman kuliah saya ada yang sudah siaran di radio tersebut, dan visi-misi radio tersebut (#azeg) sesuai dengan pandangan saya, jadi saya berjuang keras untuk bisa diterima. And it was all worth to be fight for, as I really really enjoy my job.
Ekstrimnya nih, saya jadi seperti pindah 'ngekos' ke radio. Bener-bener cuma pulang buat tidur aja. Pokoknya kalau mau nyari prima, kalau ga di kampus, ya di radio. Di radio, saya bisa nonton TV dan ngerjain tugas. Sampai mandi pagi (kalau siaran pagi) atau mandi sore (kalau siaran sore) juga bisa dilakukan di radio, hahaha.
Eniwei, ada dua hal terpenting yang saya pelajari selama bekerja sebagai penyiar radio:
1. Be responsible with what you are saying
Mau itu menyampaikan informasi, cerita, candaan dan bahkan iklan; buat saya, pendengar bisa dengan mudah mempercayai penyiar. Apalagi kalau pendengarnya nge-fans sama penyiarnya, kayak saya nih kan banyak fans #KibasKibasHeadset
Berhati-hati dan memilah-milah yang mana yang mau disampaikan itu SANGAT PENTING. Jangan sampai membicarakan sesuatu tanpa dasar atau sumber yang jelas. Kalau ga yakin, dan ternyata itu adalah bohong, bisa fatal akibatnya.
2. Meletakkan kebahagiaan orang lain diatas kepentingan pribadi
Pernah kebayang ga, kalau penyiar itu moody, pas dia mood-nya jelek terus dia marah-marah pas siaran? Pasti kita juga pingin kasih mati itu radio kan (#eaaa). Penyiar juga manusia lho, kadang ya habis dimarahin mama, dapet IP jelek, atau berantem sama pacar – tapi begitu di depan microphone, masalah-masalah itu harus dikesampingkan dulu. Demi apa? Demi kebahagiaan pendengar dong.
Sering juga ngalamin pendengar tuh nyebelin abis. Udah tau waktunya request lagu Barat doang, eh situ request lagu dangdut, sambil maksa lagi *timpuk pake tower
Tapi disinilah belajar untuk sabaaar, dan mendahulukan 'kepentingan' orang lain daripada egois sama keinginan diri sendiri.
Senior saya – yang sekarang sudah berkarir di Qatar Airways pernah bilang bahwa jadi penyiar radio itu banyak banget manfaatnya. Alhamdulillah saya mengakuinya – tapi yang terpenting dari semuanya, menjadi penyiar radio membantu saya menemukan potensi diri, and I would love to be back in the broadcasting world in the near future ;)
Lots of love,
Prima
*Keterangan foto (dari atas ke bawah):
1-2: Syuting Dahsyat di Batu, Malang
3: Ulang tahun radio, tema: Rock n' Roll (or something like that)
4: Beberapa penyiar di angkatan saya, sebutannya Laskar Penyiar, karena...
5: Di tahun ini, kami berkesempatan 'mengawal' promosi film Sang Pemimpi di Malang ^^
6: Kadang-kadang kita juga hang out bareng
7-8: Event As You Like It with J Rocks
**malah ga ada foto pas saya siaran, hahaha
***abaikan muka-muka culun daaan, mamaaa saya masih kurus mamaaa :p
Oh, pernah jadi penyiar pas di Malang. Hmm.. enaknya uda pernah ngerasain jadi penyiar. Aku belom. :D
ReplyDeletecoba dong.. di Surabaya kan banyak radio ;)
DeleteWOW ! pake huruf besar. Asli kerreen..
ReplyDeleteaku juga termasuk pengagum penyiar radio. apalagi yang siaran malem malem trus bacain cerita serem. *jamankapantau
dan tau enggak, aku gak punya keberanian melamar jadi penyiar, tapi pernah nyerocos sendiri setengah jam pura-pura jadi penyiar lengkap dengan request lagu -saat itu nasyid- dan kurekaaam saudara-saudara. hihi..*eh, dimana kaset itu sekarang ya...*
huahahaha. biasanya kalau kayak gitu penyiarnya ga sendirian.
Deletekalau aku di radioku dulu agak-agak spooky kalau udah malem jadi yg siaran malem cuma cowok. aku maksimal jam10 malem..
ayo siaran.. sekarang kan udah ada kayak soundcloud, youtube. ngerekam sendiri trus di-upload sendiri.. siapa tau lama-lama pendengarnya banyak ^^
haha.. gak pede ah... udah tua.. suara mirip suara nenek lampir sekarang kalii...
Deleteitu juga the one and only
ahhhhhh jadi penyiar radio itu salah satu wish listku kak xD apa sih langka pertama yang harus dilakukin biar jadi penyiar radio?
ReplyDeleteyg pertama, BELAJAR NGOMONG dgn artikulasi yg jelas! XD
Deleteengga kok, yg paling penting adalah radio apa yg dituju.
seperti kamu nulis blog, kamu kan ada bayangan siapa yg bakal baca, so bahasamu pasti nyesuaiin.
setelah tau radionya, kamu pelan2 mengenal radio tsb - dgn cara sering2 mendengarkan siaran radionya - nah kamu tau kamu cocok atau engga.
baru bisa menentukan langkah selanjutnya, which is...memperkaya wawasan kamu - yg sesuai dgn misi radio itu.
misal, radio Suara Surabaya pasti lebih banyak ngomongin hal-hal serius. radio She, fokusnya ke pemberdayaan perempuan. radio Hard Rock, tentang gaya hidup.
Hope it helps, and good luck! ;)