Tulisan ini adalah lanjutan dari post sebelumnya, monggo dibaca disini.
Semalam, saya ngobrol sama sahabat saya di luar negeri...dan kami berdua menemukan bahwa kami saling iri pada masing-masing.
Dia, mengiri saya yang memiliki kesempatan untuk berkarya (baca: menjadi wanita karir). Saya, tentu saja mengiri dia yang sudah settle down dengan seorang balita berusia hampir dua tahun, and surely, a lovely husband.
Sebentar, yuk ketawa dulu, karena mengiri adalah manusiawi #MencariPembenaran
Hehehehehe.
Saya jadi tersadar akan satu hal: semua yang kita miliki sekarang adalah hadiah dari Allah. That's why it called “present”, 'cause yes, no matter what, it IS a present.
Saya bilang kepada sahabat saya, betapa enaknya dia punya waktu yang cukup panjang untuk sholat dhuha, sedangkan saya harus puas dengan maksimal lima belas menit. Kalau manusia mau cari celah dan kambing hitam, tentu saja dengan mudah saya akan melimpahkan kekurangan saya tersebut pada jarak dari rumah ke kantor, plus kemacetannya.
Tapi, pada menit-menit perjalanan saya ke kantor, saya mencoba menghitung apa saja yang sudah saya dapatkan selama ini..and I can assure you, I can't get enough of it. See? Nikmat Tuhan-mu yang mana yang kamu dustakan?
Dari segi materi, jujur saya merasa sudah lebih dari cukup – insyaAllah segini ini yang saya butuhkan untuk bisa belajar menghidupi diri sendiri. Dari segi pengalaman, dan seperti kata sahabat saya, kesempatan berkarya itu mahal sekali. One day I will make another post about what my boss has taught me for all of this time.
Hampir dua tahun saya bekerja di perusahaan ini. Kalau diibaratkan S2, saya lagi nulis tesis.
And what do you get after thesis?
Right, graduate.
Buat saya, bisa memahami hal ini dengan penuh syukur adalah satu bentuk 'lulus'.
Your life is yours, and again, whatever your status is, make sure that you pass it as a 'graduate'. Good luck! ;)
Semalam, saya ngobrol sama sahabat saya di luar negeri...dan kami berdua menemukan bahwa kami saling iri pada masing-masing.
Dia, mengiri saya yang memiliki kesempatan untuk berkarya (baca: menjadi wanita karir). Saya, tentu saja mengiri dia yang sudah settle down dengan seorang balita berusia hampir dua tahun, and surely, a lovely husband.
Sebentar, yuk ketawa dulu, karena mengiri adalah manusiawi #MencariPembenaran
Hehehehehe.
Saya jadi tersadar akan satu hal: semua yang kita miliki sekarang adalah hadiah dari Allah. That's why it called “present”, 'cause yes, no matter what, it IS a present.
Saya bilang kepada sahabat saya, betapa enaknya dia punya waktu yang cukup panjang untuk sholat dhuha, sedangkan saya harus puas dengan maksimal lima belas menit. Kalau manusia mau cari celah dan kambing hitam, tentu saja dengan mudah saya akan melimpahkan kekurangan saya tersebut pada jarak dari rumah ke kantor, plus kemacetannya.
Tapi, pada menit-menit perjalanan saya ke kantor, saya mencoba menghitung apa saja yang sudah saya dapatkan selama ini..and I can assure you, I can't get enough of it. See? Nikmat Tuhan-mu yang mana yang kamu dustakan?
Dari segi materi, jujur saya merasa sudah lebih dari cukup – insyaAllah segini ini yang saya butuhkan untuk bisa belajar menghidupi diri sendiri. Dari segi pengalaman, dan seperti kata sahabat saya, kesempatan berkarya itu mahal sekali. One day I will make another post about what my boss has taught me for all of this time.
Hampir dua tahun saya bekerja di perusahaan ini. Kalau diibaratkan S2, saya lagi nulis tesis.
And what do you get after thesis?
Right, graduate.
Buat saya, bisa memahami hal ini dengan penuh syukur adalah satu bentuk 'lulus'.
Your life is yours, and again, whatever your status is, make sure that you pass it as a 'graduate'. Good luck! ;)
Apapun itu, semua memang harus disyukuri, karena Allah tahu apa yg dibutuhkan umatNya
ReplyDeleteIya bener. Kita bisa meminta apa yg kita inginkan, tapi Allah lebih tahu yg kita butuhkan :)
Delete