Tuesday, September 20, 2016

Dian Pelangi dan Misteri Istri yang Lebih Sukses daripada Suami


Minggu lalu saya menulis artikel diatas untuk Trivia dan merinding sebadan. Let’s put aside how they have been so successful since very young age, sementara saya mah apa atuh, begini doang. Nanti saya akan tulis blog post tersendiri tentang makna kesuksesan untuk saya, kali ini saya mau berbagi suatu hal yang lain.

Harus diakui salah satu akun Instagram yang saya lihat setiap hari adalah akunnya Dian Pelangi. Oya, saya jarang sekali mengakses Instagram dari handphone karena ada masalah dengan koneksi Internet (error kalau login Instagram dan pas browsing, yang lain engga masalah). Saya lebih sering scrolling timeline Instagram via laptop. Makanya sering engga tahu waktu di-tag teman, harap dimaklumi ya.

Akun Instagram Dian Pelangi, selain ‘Dian banget’, juga hampir selalu menunjukkan optimisme. Paling saya terganggu dengan komen olshop. “Kalau ngeliat jualannya olshop, kayaknya orang Indonesia itu hitam, pendek, berdada rata...,” ini katanya seleb siapa gitu di Twitter. Lol. Nah, secara saya juga sudah pernah ketemu Dian Pelangi, trust me she is just like her name, a rainbow. Jabat tangannya terasa hangat dan menenangkan.

Tapi saya juga engga terlalu nge-fans makanya engga ngebet foto bareng dia padahal sudah beberapa kali ketemu. (Dian adalah salah satu juri World Muslimah Award 2014 meskipun saya engga yakin dia bikin keputusan-keputusan penting karena ----- pokoknya ada deh).

Saya pun pernah menuliskan tentang Dian di blog post ini. Seingat saya, post tersebut sudah saya tulis lama sekali, tapi baru saya post awal tahun ini dan ‘ternyata’ engga lama kemudian, keluarlah berita tentang gugatan perceraian Dian Pelangi kepada suami.

Mungkin sister tahu bagaimana gosip yang berkembang diluar sana tentang penyebab keretakan rumah tangga mereka. Pagi ini saya melihat video di Instagram Dian Pelangi and I think I know why they separated.

Seperti saya tuliskan di blog post sebelumnya, “Because it takes a real gentleman to be proud of his woman' achievement.”

Barangkali saya harus menambahkan, “...and it takes a real humble woman to be proud of her man’ achievement, no matter what.”

Bukan bermaksud untuk bilang Dian Pelangi engga humble ya. Kita juga engga tahu persis kejadiannya gimana. Hanya saja, perempuan yang punya bargaining position yang tinggi mau tidak mau punya lebih banyak alasan untuk bisa hidup sendiri tanpa pendamping.

Tentu hal ini tidak dapat dijadikan acuan untuk semua pasangan. Yang pasti, ada fakta bahwa sebagian besar perceraian yang terjadi disebabkan oleh alasan ekonomi. Sebagian besar istri yang menggugat, disebabkan oleh suami yang tidak bisa menafkahi. Logikanya, istri tidak akan ‘berani’ bercerai kalau istri tidak punya sumber penghasilan. Walaupun suami tidak bisa menafkahi (secara rutin), kalau istri engga punya apa-apa, kemungkinan besar dia akan bertahan.

Saya bisa bilang begini karena kebetulan mama saya menggunakan alasan yang sama, dan pada saat itu penghasilan mama saya lebih besar daripada penghasilan ayah saya. Meskipun inti masalahnya sebenarnya terletak pada misscommunication between them about how to manage the family’ financial, we can’t hide THAT main factor.

Saya jadi ingat cerita Dina Tokio. Dia pernah bilang bahwa sejak menikah, dia dan suami belum pernah berpisah satu hari pun. Selain karena Dina berprinsip bahwa dia harus pergi bersama mahram (engga beda jauh sama Dian sih...), mereka bekerja di bidang yang sama. Cerita pastinya saya agak-agak lupa. Yang jelas, waktu awal menikah, Dina dan suami belum punya pekerjaan yang menurut mereka akan membawa ‘hasil’. Dina bertanya pada suami, apakah dia boleh terus jadi vlogger. Suaminya justru membantu dan mendorong Dina untuk akhirnya berbisnis di bidang fashion. Itu suaminya yang ngebantu packing dan shipping produk lho. Akan tetapi, mungkin memang agak berbeda dari Dian yang sudah matang dengan brand-nya saat bertemu dengan mas Tito. Dina dan suaminya membangun brand bersama-sama.

‘Kasus’ Dian Pelangi dan suaminya membuat saya sedikit bertanya-tanya. Apa betul bahwa istri yang lebih sukses daripada suami merupakan sumber masalah? Sampai sahabat saya bersikeras memaksa saya untuk mencari lelaki yang jauh lebih sukses daripada saya (disini sahabat saya mengartikannya sebagai lebih mapan dan punya jabatan yang lebih tinggi). Meski demikian, kedua tante saya dan saat ini ayah saya, memberikan contoh sebaliknya. The wives are the breadwinner in the family. Pun ibu tiri saya yang membiayai kehidupan sehari-hari dari jualan frozen food dan sekarang punya delivery order untuk pizza. Kuncinya adalah kesabaran yang luar biasa. Soalnya serba salah, toh yang jadi lelaki tahu seharusnya mereka yang menafkahi tapi engga mampu (bukannya engga mau ya). Kalau diomongin, itu akan melukai harga diri mereka padahal begitulah kenyataannya.

Tadi malam salah satu sahabat saya menikah. She is one almost-perfect woman: cerdas, berpendidikan tinggi, pekerjaannya memungkinkannya memiliki networking yang luas (dan kenal orang-orang VIP juga), pinter nyanyi dan memasak. Cantik dan tinggi pula. Wah, kalau saya disebelahnya itu, kayak dayang yang bertugas bawain tasnya. Hahaha. Saya sungguh berdoa dia dan suami punya kebesaran hati untuk saling membutuhkan dan saling menyemangati. Semoga apapun yang terjadi didepan nanti, keduanya selalu ingat bahwa jika ada kesuksesan yang menghampiri, itu karena usaha kedua belah pihak, terlepas dari siapa yang mendapat titipan rezeki tersebut.

Semoga sister (dan saya) juga bisa mengambil pelajaran.

Lots of love,
Prima 

13 comments:

  1. pedoman hidup kita sebagai umat Islam adalah Al-Quran, maka memang sudah seharusnya segala permasalahan hidup bisa kita cari solusinya dari Al-Quran. wallahualam bishawab

    ReplyDelete
  2. cadas bener Prima judulnya huehehe. Mau komen, tapi bingung gimana mulainya dan ambil dari sisi yang mana. hmm.... anyway, aku suka quotenya :

    “Because it takes a real gentleman to be proud of his woman' achievement. and it takes a real humble woman to be proud of her man’ achievement, no matter what.”

    ReplyDelete
    Replies
    1. ah itu judul pemanis aja biar jadi bahan pemikiran kita semua :))

      Delete
  3. emm, gimana ya mbak... kalo kita (istri) lebih sukses dr suami, rasanya memang harus jauuuhhh lbh rendah hati dan sabar ya, biar bs tetep menempatkan suami sbg seseorang yg patut dihargai dan gak merasa 'lebih' dr dia.

    ReplyDelete
  4. Istri lebih sukses biasanya jd pemicu cerai dan masalah Dian Pelangi sayang banget y mba sampe gugat cerai tapi y itu urusan mereka kita si cukup menyimak sambil makan kuaci hahaha

    ReplyDelete
  5. Kita hanya menatap dari luar yah, engga tahu apa yang terjadi didalam sana

    ReplyDelete
  6. Yang saya lihat juga kebanyakan begitu sih, mungkin karena ego suami dan istri yg tidak sabar.jadi kuncinya memang suami tetap harus bisa memimpin walopun kasih nafkah sepasnya, & istri tetap menghargai suaminya walopun lebih sukses. Mama saya contohnya, lebih sukses di karir tapi tetap tunduk sama ayah saya.

    ReplyDelete
  7. hah... cerai?? innalillahi.. gw baru tau!
    mudah2an diberikan jalan yg terbaik buat mereka...

    ReplyDelete
  8. aku juga memperhatikan kasus mba Dian ini :')

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...