Monday, September 5, 2016

The Comfort Zone


Buat kamu yang sedang menyelesaikan skripsi, pernahkah kamu merasa malaaas banget mengerjakan skripsi karena ‘status’ sebagai mahasiswa itu bikin kamu nyaman? Maksudnya gini, kalau kamu jadi mahasiswa, mungkin orang-orang di rumah atau di lingkungan sosial secara umum, akan melihatmu sedikit lebih baik daripada lulus dan jadi pengangguran. Ya kan? Ketika kamu ditanya oleh orang, jawaban “masih mengerjakan skripsi” itu terdengar lebih ‘keren’ daripada “lagi cari kerja”. Atau cuma saya aja yang ngerasa gini?

Ceritanya saya sedang terkena sindrom malas mengerjakan tesis. Hampir tiga bulan saya tidak bersentuhan dengan dunia akademis. Bahkan waktu saya ke kampus untuk pertama kali (setelah sekian bulan) minggu lalu, saya hampir lupa saya ini jurusan apa. Terus ke kampus cuma lontang-lantung engga jelas. Ke perpustakaan sih, tapi numpang WiFi-an buat kerja. Pinjam buku teori sih, tapi engga dibaca juga sampai telat dari tanggal harus mengembalikan dan harus bayar denda.

Motivasi saya benar-benar menipis sampai saya engga tahu lagi harus ngapain untuk memunculkan mood menulis proposal tesis. Memang saya terus mencoba memaksakan diri, misalnya membaca penelitian tentang komunikasi pemasaran (dan membuat tabel). Atau paling tidak, memfotokopi teori-teori yang harus saya rangkum (meskipun engga tahu kapan bacanya, yang penting fotokopi dulu aja deh).

Awalnya saya merasa ada beberapa permasalahan internal dan eksternal. Akan tetapi, setelah permasalahan tersebut berujung pada “ah, I know the solutions!” saya belum gerak juga dan justru semakin malas. Yang ada saya malah mikir, “nanti juga semangatnya keluar juga.” Nyebelin banget, kan? Padahal saya juga tahu hidayah engga datang begitu saja. I have to do something!

And then, saya berpikir, apa mungkin saya sedang berada dalam comfort zone? Walaupun saya tidak ingin tinggal di Jogja selamanya – saya masih ingin menjelajahi dunia diluar sana – tapi tidak dapat dipungkiri saya merasa sangat sangat nyaman. Semuanya serba murah dan mudah, coba dibandingkan sama Surabaya yang sudah lama jadi kota yang membuat saya bergidik ketika mendengar namanya. Atau Jakarta yang...you know lah.

Saya juga merasa nyaman dalam banyak hal. My jobs have make me feel so comfortable and I feel like I don’t want to do more. I love writing so much and these jobs suit me well. But deep down inside my heart, I know I should have chasing something bigger.

Kadang saya berpikir, kalau ada orang-orang yang melihat saya sebagai pribadi yang ambisius, mereka harus melihat keseharian saya. Bisa dibilang saya ini orangnya selow banget. I don’t live for the fortune or fame. I just living my life the way it should be. I am perfectionist, but I don’t always spend my whole day thinking about work and work. Most of the time, I watch Keeping Up with The Kardashians and wondering how they can have that superb lifestyle #yaelah

Tadi malam sebelum tidur saya tersadar bahwa saya sedang menjalani hidup yang sebenarnya saya impikan. Saya jadi penulis artikel feature dan pengajar lepas. Yang membuat saya semakin merasa nyaman, I don’t work for money (iya saya tetap kerja untuk dapat uang, but it’s not the only reason). Saya bisa menentukan jam kerja saya sendiri. I am basically free and rich.

It hits me so hard and I think that it’s time for me to set another level of dream. Beruntung, saya kecipratan proyek baru dari kantor yang insyaAllah akan segera launching. Proyek ini merupakan perpanjangan dari impian saya, yang kalau beneran terwujud (dan lancar sampai akhir), saya bakalan seneeeeeng banget. Dampak ‘buruk’-nya, tesis bisa semakin lama kelarnya nih. Jadi gimana dong????? Doanya aja ya, semoga semua proyek ini bisa bikinsaya pingin cepat lulus supaya lebih fokus kerja. Intinya sih, buat sister, jangan pernah merasa nyaman, selalu cari tantangan dan perbaiki diri agar kualitas juga semakin meningkat.

Lots of love,
Prima

P.S.: selesai saya menulis blog post ini, saya dapat tawaran kerjaan lain lagi! Bismillah!

3 comments:

  1. Comfort zone kadang ngangenin, kadang nyebelin. haha

    ReplyDelete
  2. comfort zone for me, is like running at the same place, away from the hardship of reality.

    hanisamanina.com

    ReplyDelete
  3. Wiii mbak prima semangat nulis tesisnya! Kita belum jadi ketemu untuk ngobrol-ngobrol, mbak. Mau dong ngobrol tentang apapun, yuk mbak :)

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...