Saturday, July 9, 2016

Tentang Menahan Diri

Saya tahu Ramadhan sudah berakhir dan seharusnya saya menuliskan ini sebelum Idul Fitri. Kenyataannya, saya baru menyadari di hari keempat Syawal ini, yaitu: DUH DIET SAYA GAGAL LAGI!!!

Bulan Ramadhan tahun ini, saya berkesempatan mengatur pola makan saya dengan lebih baik. Memang saya menanamkan pemikiran bahwa apapun yang saya makan saat sahur dan berbuka itu tidaklah lebih penting daripada niat. Lagipula kalau puasa cuma mikir mau sahur dan buka apa, sama aja dong kayak anak SD. Puasa lebih dari itu. 

Namun, saya juga percaya bahwa pola makan yang baik itu idealnya mendukung aktivitas, termasuk ibadah, apalagi saat berpuasa. Kita beruntung hidup di zaman pilihan makanan ada banyak. Mungkin Rasulullah sudah lebih dulu mengajarkan bahwa makan yang sedikit tapi berkualitas dan bernutrisi tinggi jelas lebih baik daripada yang banyak dari segi jumlah. But after all, saya yakin Allah tidak akan menghukum seseorang yang memilih makanan demi menunjang kesehatannya. 

Demikian yang terjadi pada saya. Setelah beberapa kali harus menyerah saat puasa sunnah di bulan-bulan sebelum Ramadhan karena vertigo, saya berpikir keras gimana caranya puasa Ramadhan harus bisa terselesaikan dengan baik. Pun dengan apa yang saya lakukan ternyata saya masih sempat ambruk. Saya terpaksa melewatkan tarawih di masjid karena harus kembali ke tempat tidur sesudah berbuka dan sholat maghrib.  

Kalau masalah berat badan itu nomer kedua lah ya. Walaupun sempat tertohok sekali ketika ada sahabat yang bilang bahwa berat badan saya dan dia tidak berbeda jauh, sementara dia sudah punya anak dua......that hurts! 

Akan tetapi, saya merasa harus berbangga diri karena saya sudah say good bye sama mie instan selama bulan Ramadhan. Pernah merasa mie instan itu makanan termudah dan tercepat untuk sahur? Alhamdulillah, tante selalu menyediakan makanan sahur yang sehat meski beliau sendiri tidak berpuasa karena sakit lambung. Mungkin itu juga alasannya, sejak tante sakit, kami lebih banyak makan masakan yang segar dan tidak lagi bergantung pada frozen food. Saya juga berhasil mengurangi porsi nasi hingga setengahnya. Kadang saya hanya makan nasi saat berbuka atau sahur, tapi jarang makan nasi pada kedua waktu. Lagi-lagi alasan kesehatan tetap jadi nomer satu saat saya dengan sadar diri memperbanyak konsumsi sayuran daripada mengambil nasi. Ketika saya menceritakan hal ini ke teman di komunitas tahajjud, mereka bilang, ‘ah, mbak prima memang temannya banyak bule.’ Maksudnyaaaaa. Tapi ya sudahlah, setelah dewasa ini saya tidak terlalu ambil pusing kalau ada orang memaksa saya makan nasi. Saya tidak bisa makan nasi sebanyak dulu, mau gimana dong.  

Saya juga berhasil mengurangi minum teh, kopi, sari buah kemasan – yang jelas kebanyakan gulanya daripada semua kandungan baik yang kita pikir kita minum. Sekali saya minum kopi manis (atau let say, kopi-kopian) terus malah eneg dan besoknya saya stop minum those things sampai dua hari yang lalu. Itu pun terpaksa juga karena saya pingin minum (atau makan?) ronde tapi sudah kekenyangan, jadi minum apapun yang ada di mobil deh. 

Satu hal tentang makanan yang saya senangi saat Ramadhan adalah, there were a lot of fruits! We never feel guilty about eating too much fruits in Ramadhan. Saya bisa makan pepaya sekilo dalam sehari. Apalagi saya jadi sering begadang selama Ramadhan dan saya justru engga bisa ngemil. Jadilah selalu ada stok buah-buahan di kulkas. Bahkan, saya mampu puasa hanya dengan sahur pisang dua buah. 

Anyway, at top of that, saya ternyata kuat berolahraga saat puasa! Pencapaian yang luar biasa karena sejauh yang saya ingat, memang saya jarang sekali beraktivitas berat (menimba air di sumur, misalnya) saat Ramadhan. Yang beraktivitas berat malah otak saya, duh kadang otak bisa panas gitu saat ashar. Tapi hal itu tidak mengurangi semangat saya untuk zumba menjelang berbuka. Awalnya juga sempat mata berkunang-kunang, but I could make it! Meskipun cuma tiga kali doang, tapi yaaa lumayan lah, buat pengalaman. Besok-besok artinya engga ada alasan buat bolos zumba saat sedang puasa sunnah (tuh catet, mbak Zee!)

Terus pentingnya apa sih tulisan engga penting ini? Saya jadi sadar kalau saya bisa menahan diri. Itu aja. Tahu dong, namanya manusia sering lapar mata, kalau begitu buka puasa rasanya pingin makan apapun yang ada di depan mata? Tapi sesudah minum segelas air dan makan dua butir kurma, rasa lapar itu perlahan berkurang. Kalau mau dipaksakan ya bisa, sayangnya perut jadi begah dan malah engga enak dibawa sholat. 

Sebagaimana saya tuliskan di awal post, saya perlu menuliskan ini untuk mengingatkan diri: eh kemarin kamu sudah berhasil menahan diri selama sebulan lho. Memang kamu tidak langsung turun berat badan sepuluh kilo seperti yang kamu targetkan, tapi kamu kemudian tahu bahwa tidak semua makanan enak yang ada di depan mata harus kamu masukkan ke dalam perut.  

(Jangan diketawain, buat orang yang suka ngemil seperti saya, hal ini susah banget lho.)

Sebenarnya, makanan hanya salah satunya. Sekali lagi Ramadhan mengajarkan kepada saya untuk bilang ‘tidak’ pada beberapa hal. Sekali lagi Ramadhan mengajarkan kepada saya untuk mengambil jeda dan menimbang baik-buruknya atas semua yang ingin saya ‘masukkan’ ke dalam kehidupan saya. Life doesn’t always have to be that fast and instant. Sometimes you may find your peace in some seconds before doing something. Mungkin ketika kita mundur dan menolak, itulah yang baik bagi kita. Seperti berpikir sejenak sebelum memutuskan untuk mengambil centong nasi kedua, because we actually don’t need it. We had enough. We just want more, and this time it’s not the need of our body. 

Termasuk tentang menikah. Saya masih sering berpikir ‘ah iya nih’ lalu sekejap kemudian berubah menjadi ‘ah masa sih?’ This morning I had some great time playing with kids of my good buddies. Ada dua yang sampai menangis waktu saya tinggal pulang, and I was grateful that I didn’t lose my nurturing side. Punggung sampai pegel kasih piggyback ke dua anak sekaligus but I was beyond happy. I thought maybe this is the time. Perhaps it’s not just about want anymore. Probably I need this. Just like the need of self actualization, I need to be settled down and build my own family. 

But let me take a deep breath and think again. Jika ini adalah tentang belajar menahan diri (lagi) setelah sekian kali Allah dekatkan dengan hal tersebut, barangkali ada hal yang saya lewatkan. Barangkali, sekali dan sekali lagi, Allah minta saya menahan diri lebih lama lagi. And I’ve always said, kalau saya telah menahan diri selama ini, it won’t be that difficult to continuing it for couple more (hopefully) months.

Salam,
Prima  

5 comments:

  1. Bulan puasa ini saya pun sukses menahan diri dari kopi hehe :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. alhamdulillah, pencapaian 'kecil' namun berarti :)

      Delete
  2. Aku sendiri nggak menargetkan diet apapun di Ramadhan, let it flow, tapi sepertinya hasilnya lumayan. Menahan diri insyaAllah udah, sisanya tinggal mempertahankan :D Kalau bisa sih meningkatkan... dietnya, hehe

    ReplyDelete
  3. Ramadhan ini aku juga berhasil menahan diri dari kolak yg dulu2 hampir tiap hari selalu ada... soalnya bapak-ibu mertua pantang santan. Haha

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...