Friday, March 27, 2015

Berkata Baik, atau Diam

 
Ketika pertama kali menemukan gambar diatas di Path, yang ada di pikiran saya adalah “cemen banget kalau ada yang terpengaruh sama omongan begituan.” Maklum, saya kan pernah jadi debater, kalau ada omongan orang yang kurang berkenan biasanya saya bales dengan kata-kata yang lebih kejam (haha)…atau diem aja lah, doain aja yang baik-baik, ngapain ngabisin waktu ngurusin begituan.
 
Tapi setelah saya pikir-pikir lagi, ga banyak orang yang bisa sesantai saya dalam menanggapi omongan orang, terutama kalau yang bicara itu adalah orang yang dekat dengan kita. Misalnya, keluarga. Salah satu orang yang mudah sedih karena omongan orang adalah mama saya. But me, hello, if you want to comment about my life, could you please also pay my bills? Jadi sekalian gitu, jangan setengah-setengah kalau mau ngurusin hidup orang :)))
 
Nah, sayangnya, ga banyak juga orang yang sadar kalau apa yang keluar dari mulut kita berpotensi untuk menciptakan perang dunia ketiga di kehidupan orang yang kita komentari. Pelajaran banget buat saya, yang susah berhenti bicara. Apalagi kalau sudah dimintai saran, ya Allah, khawatir banget kalau mereka malah tersakiti dengan kata-kata saya. Astaghfirullah :(
 
Makanya, taste your words before you spill it out. Meski kita tidak punya kontrol atas interpretasi seseorang, tapi kita bisa memilih kata-kata yang lebih baik, atau kalau tidak bisa: diam.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah bersabda : “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau diam, barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tetangga dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia memuliakan tamunya”.
[Bukhari no. 6018, Muslim no. 47]

Kalau kita gunakan gambar diatas sebagai contoh, ada kata-kata yang lebih pantas untuk dikatakan, yaitu:

1. Daripada mengkomplain si suami yang tidak pernah memberikan hadiah, si saudara laki-laki bisa memuji kerja keras si suami yang berusaha memenuhi kebutuhan keluarga.
 
2. Daripada menghina rumah yang terlalu sempit (ini sih sudah masuk ranah menghina), si ibu bisa memuji perilaku anak-anak si tuan rumah dalam membantu ibunya mewujudkan rumah yang nyaman untuk ditinggali. 
 
3. Daripada hanya mengompori si teman, kalau memang ia serius ingin membantu temannya mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, ia bisa mencarikan lowongan pekerjaan, atau memotivasi si teman untuk mengikuti kursus keterampilan.
 
4. Daripada bertanya kepada si kakek, seseorang itu bisa memuji prestasi anak-anak si kakek yang bekerja di berbagai kota.
 
There’s always, always something to be complimented for. Jika kata-kata yang negatif bisa membawa sebuah dampak yang besar, maka sebaliknya, kind words can make someone’s day :) Dan kalaupun kepepet, sungguh diam itu jauh lebih baik, insyaAllah.
 
So, think again. Think twice before you open your mouth. Betapa indahnya jika apa yang kita katakan hanya dua: doa atau nasihat. Orang senang didekat kita, dan semoga mereka juga mendoakan kita saat kita jauh.
 
Love,
Prima 

2 comments:

  1. Berkata baik atau diam... pengen banget bisa kayak gitu :((

    ReplyDelete
  2. Kembali kesini dengan template baru, kalau boleh kukakatan jujur... aku suka yang sebelumnya :D

    Aku mah daripada gitu, cuek aja xD *ini salah banget apalagi*

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...