Beberapa hari yang lalu, saya mem-post sebuah thought di Path saya:
At some point, I choose to not reading or watching news about our nation. I feel tired, and I want to protect the health of my brain and mind.
However, I still believe that we, the youth, can turn the situation into something better.
Whatever you do, be the best! Student, employee, entrepreneur, even housewife.
Think positive, spread the kindness, do one little good act at a time.
Start small, start from yourself, start now!
Here’s the thing. Saya sudah tidak menonton TV selama lebih dari tujuh tahun. Ketika saya nge-kost di Malang, saya tidak punya TV di kamar saya, dan hanya sesekali nonton di kamar mbak kost. Saya juga tidak langganan koran karena biasanya, halaman demi halaman membuat kening saya semakin berkerut. What happen with our nation?
Memang terdengar egois untuk tidak mau mengetahui masalah apa yang sedang terjadi di negara tempat saya lahir, mencari ilmu - nafkah - hingga sekarang mencari jodoh (#teuteup). Tapi, sedikit keegoisan saya, menurut saya, justru membantu diri saya untuk melihat bahwa Indonesia masih punya harapan.
Banyak kok orang-orang (Indonesia) yang luar biasa yang bisa kita follow di Twitter/Instagram, yang ga cuma nunjukin Indonesia itu makin busuk saja dari hari ke hari. Dengan melihat aksi mereka, dengan membaca pengetahuan yang mereka bagi, dengan melihat betapa indahnya alam Indonesia yang mereka datangi – I feel more positive towards my nation.
Salah satu dari orang-orang kece itu adalah @cewequat. Ups, kalau CeweQuat sih komunitas ya. Hehehe. Komunitas ini didirikan oleh Kak Bunga Mega, yang concern pada peningkatan dan pengembangan karir perempuan muda. Sounds cool, right?
Tapi ketika saya datang ke CeweQuat Internationale Forum 2015 pada Sabtu, 7 Februari 2014; saya benar-benar salut kepada kak Bunga Mega. Sementara keseluruhan event tersebut akan saya ceritakan di post yang lain, kali ini saya mau membahas topik utama aja, yaitu apa yang saya pikirkan diatas.
Poster Event CeweQuat Internationale Forum 2015 |
Ada yang sedang menjadi perdebatan diantara saya dan tante saya yang seorang dosen di Magister Administrasi Publik akhir-akhir ini: “ketika kita ingin mengubah negara, haruskah kita berada didalam(pemerintahan)-nya?”
Buat saya hal ini menarik banget, secara apapun yang kita usahakan, jika kita tidak menjadi pembuat kebijakan, kemungkinan perubahan itu menjadi kurang masif. Thank God we have bu Risma, or Pak Ridwan Kamil, as two of the city majors in Indonesia. Memang sulit menjadi orang bersih di pemerintahan Indonesia, tapi bukan berarti tidak bisa.
Ini menjadi alasan utama saya mengikuti CeweQuat Internationale Forum 2015. Melihat nama Kristen F. Bauer (Konsulat Jenderal AS) sebagai salah satu pembicara membuat saya bertekad pokoknya kudu ikut event ini deh. Awalnya saya melamar sebagai volunteer, tapi waktu itu saya tidak tahu kalau CeweQuat adalah sebuah perusahaan berbasis komunitas yang sudah memiliki banyak anggota. Makanya, mereka tidak membutuhkan volunteer – udah banyak sih volunteer-nya. Pucuk dicinta ulam tiba, saya menang kuis yang diselenggarakan di Twitter. Hihihi, lumayan banget bisa ngajak teman, dan alhamdulillah mbak Indri juga berkenan menemani saya.
Pic from here. |
Kristen F. Bauer yang menjadi pembicara pada sesi keempat membahas tentang tantangan bekerja pada situasi antarbudaya – yang mau tidak mau, akan kita hadapi segera. Bahkan ketika kita ga berkarir pun, kita ga bisa terhindar dari situasi ini lho; sebut saja menemani suami yang dinas atau studi di lain benua. So, we have to be prepared! Untuk kita yang berkarir, tentu saja peluang untuk menangani klien yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda semakin luas dengan adanya AEC 2015 atau AFTA.
Beberapa dari kamu mungkin sudah pernah tahu kalau skripsi saya membahas tentang kehidupan pesepakbola asing di Indonesia, yang berhubungan dengan strategi komunikasi untuk menanggulangi masalah culture shock mereka. Nah, tips-tips yang diberikan oleh Kristen cocok banget dengan hasil yang saya temukan di skripsi saya dulu, antara lain:
Beberapa dari kamu mungkin sudah pernah tahu kalau skripsi saya membahas tentang kehidupan pesepakbola asing di Indonesia, yang berhubungan dengan strategi komunikasi untuk menanggulangi masalah culture shock mereka. Nah, tips-tips yang diberikan oleh Kristen cocok banget dengan hasil yang saya temukan di skripsi saya dulu, antara lain:
- Don't make assumptions
- Be flexible
- Be inclusive, break the barrier, talk to different people
Lalu, apakah saya berkesempatan bertanya padanya? TENTU SAJAAAAA, hahaha. Sebagai seorang yang berada di pemerintahan sebuah negara adidaya – dan telah tinggal cukup lama di Indonesia – Kristen berkualifikasi menjawab rasa penasaran saya.
Menurut Kristen, apapun yang kita lakukan saat ini: mengajar, berkarir di perusahaan, atau berbisnis; memiliki potensi untuk mengubah Indonesia menjadi lebih baik. Most important, be the best in everything that you do! Kalaupun memutuskan untuk masuk ke ranah pemerintahan, Kristen berpesan: be true to yourself. @america sendiri sudah memiliki program untuk membimbing perempuan muda untuk menjadi wakil rakyat, seperti membekali dengan speaking skill. But still, yang paling penting adalah ethical core yang kita yakini dalam diri. Itulah satu bekal yang sangat berharga ketika kita harus berjuang untuk stay clean in the government.
Sekali lagi Kristen menegaskan pentingnya kepercayaan diri. When we are confident enough that our vision is good and important, harusnya kita juga pede dalam memperjuangkannya. Bahkan di lingkungan orang-orang yang berpotensi menjatuhkan kita sekalipun.
So.. Saya tidak tahu apakah nantinya saya akan punya kesempatan untuk berkarir di pemerintahan. Kalau boleh berimpian, suatu hari nanti, ketika saya didukung oleh orang-orang yang menitipkan aspirasi mereka kepada saya; saya mau maju bukan untuk uang. Maksudnya, sebisa mungkin saya tidak berharap atau mengandalkan gaji sebagai wakil rakyat. Sounds so delusional? Yeah, it could be. Tapi sebagaimana Anies Baswedan membuktikan komitmennya untuk (berusaha) menjadikan Indonesia lebih baik, I am sure for one thing: sincerity never betray you.
For a better Indonesia,
Prima
amiiien...kata2 terakhir itu aku mendukungmu Prim..."suatu hari nanti, ketika saya didukung oleh orang-orang yang menitipkan aspirasi mereka kepada saya; saya mau maju bukan untuk uang. Maksudnya, sebisa mungkin saya tidak berharap atau mengandalkan gaji sebagai wakil rakyat"
ReplyDelete