Selain paspor, kamera dan charger-nya, dan uang; ada satu hal yang ga boleh ketinggalan selama perjalanan, yaitu...buku. Saya bisa gelisah banget kalau ga bawa buku di tas. Meski saya lebih suka tidur di pesawat, tapi kan nunggu boarding bisa basi juga lho. Untungnya, buku Desperate in Dubai (yang saya ceritain disini) tiba sehari sebelum keberangkatan saya. Eh, waktu saya nge-tweet tentang blog post tersebut, dibalas lho sama penulisnya. Duh seneeeeeng :')
Ternyata, di penerbangan Surabaya-Kuala Lumpur, saya cuma bisa tidur sebentar. Jadilah buku ini habis dibaca di pesawat plus pas nunggu bis waktu mau ke Melaka (ketinggalan bis sih, jadi nunggu dua jam-an gitu).
Untungnya lagi, saya bawa dua buku lain, yaitu: Notes from Qatar 1 dan Notes from Qatar 2, karangan Muhammad Assad. Saya sengaja bawa buku ini, sambil berdoa: 1) Mudah-mudahan perjalanan saya selanjutnya adalah ke Qatar; 2) Mudah-mudahan one day ada yang mau nerbitin tulisan #1Hari1Ayat saya, atau yang masuk label Share and Care. Doanya yaaaaa manteman..
Ternyata, di penerbangan Surabaya-Kuala Lumpur, saya cuma bisa tidur sebentar. Jadilah buku ini habis dibaca di pesawat plus pas nunggu bis waktu mau ke Melaka (ketinggalan bis sih, jadi nunggu dua jam-an gitu).
Untungnya lagi, saya bawa dua buku lain, yaitu: Notes from Qatar 1 dan Notes from Qatar 2, karangan Muhammad Assad. Saya sengaja bawa buku ini, sambil berdoa: 1) Mudah-mudahan perjalanan saya selanjutnya adalah ke Qatar; 2) Mudah-mudahan one day ada yang mau nerbitin tulisan #1Hari1Ayat saya, atau yang masuk label Share and Care. Doanya yaaaaa manteman..