Saturday, September 12, 2015

Bakso Gress: Asik Nge-Bakso di Jogja

Pic from here.


Sepanjang perjalanan hidup saya (#ceileh), saya pernah mendengar statement yang sangat pede tentang kuliner di beberapa kota. Misalnya: di Malang, ga ada bakso yang ga enak. Di Bandung, ga ada batagor yang ga enak. Bahkan batagor akang-akang yang jualan pakai rombong keliling. Percaya ga percaya, mungkin demikian juga di Jogja. Ga ada gudeg yang ga enak. Dari mulai rumah makan yang bertebaran di sepanjang jalan Wijilan, atau warung-warung kecil yang berjarak selemparan batu dari rumah; semuanya pandai meramu resep gudegnya masing-masing.

Masalahnya, saya ga suka makan gudeg. Mungkin karena menurut lidah saya yang Jawa Timur-an ini, gudeg terlalu manis dan 'aneh'. Bisa sih kalau makan sekali atau dua kali, tapi kalau dalam sebulan ketemu dua-tiga kali, aduh rasanya pingin garuk-garuk aspal. Apalagi, karena memang gudeg adalah kuliner khas Jogja, makanan ini sering banget muncul di event-event yang saya ikuti. Dari mulai seminar dimana saya menjadi pesertanya, sampai konferensi tingkat internasional tempat saya bertugas sebagai volunteer.

Nah, berhubung ngomongin gudeg Jogja sudah terlalu mainstream dan saya sendiri udah kebayang eneg-nya (buat penggemar gudeg, maaf yaaa); kali ini saya akan menceritakan tentang bakso terenak di Jogja.

Hah? Ga salah, prim?

Iya, saya sempat underestimate sama bakso-bakso di Jogja. Soalnya memang taste-nya jauh berbeda dengan bakso-bakso di Malang atau Surabaya. Dari mulai tekstur baksonya (halah halah) sampai kuahnya; awalnya saya sempat 'menolak' makan bakso. The thing is, satu-satunya makanan 'ringan' dekat rumah yang bisa saya temukan – selain warung gudeg - adalah mie ayam dan bakso asli Wonogiri.

Lama-lama saya jadi memperhatikan bahwa banyak juga ya warung mie ayam dan bakso asli Wonogiri di Jogja. Biasanya kuahnya kental, dan rasanya cukup pekat. Dan potongan ayamnya tetep manis yaaaaa, aduh aduh.

Selain mie ayam dan bakso asli Wonigiri, ada bakso lain yang menurut saya bisa 'dipertimbangkan'. Namanya Bakso Gress, dan salah satu stand-nya ada di kantin FISIPOL UGM – kampus saya. Pertama kali melihatnya, saya langsung jatuh cinta karena persiapannya lumayan higienis. Sempat kaget dengan harga siomay(basah)-nya yaitu Rp. 5.000/potong, tapi ternyata enak banget. Worthy! Thumbs up! Kuahnya juga segar, jadi meskipun harganya agak mahal dibandingkan makanan lain di kantin, tapi harganya menunjukkan kualitasnya. Cieh.

Sejauh ini, yang saya tahu, Bakso Gress juga ada di Mall Galeria dan food court dekat lampu merah Jalan Kaliurang/Kentungan. Tapi yang di Mall Galeria jelas lebih mahal dong, kan ada pajak tambahan. Jadi, kalau mau coba nge-bakso di Jogja, main aja ke kampus saya. Dan kalau ketemu saya, jangan lupa minta foto bareng ya! #KibasJilbab :)))

Salam kuliner,
Prima

1 comment:

  1. itu bakso Gress, foundernya orang Kediri kok. cmiiw.
    bahan2nya juga tetep nyuplai dari Kediri. :)

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...