Thursday, December 18, 2014

It's Not..

"Prim, kalau kamu mau punya pacar bermobil, kamu harus bawa mobil juga dong.."
Saya tiba-tiba teringat pesan ibu teman saya beberapa tahun silam, saat kami mulai beranjak dewasa. I don't think she is materialistic, not at all. But after some years, I know she was being realistic. Cara 'termudah' untuk memasuki sebuah kelompok pergaulan adalah dengan menjadi seperti, atau at least serupa, dengan mereka. 

If you want to have rich guy as your husband, you have to be (or show that you are) a rich woman too. 

Kenyataannya, saya yang dari keluarga biasa-biasa banget tingkat finansialnya, bisa punya (mantan) pacar yang berasal dari keluarga yang cukup kaya. Pacar jaman kuliah tuh, uang sakunya dua kalinya uang saku saya. 

Tapi nih, dinilai dari sesuatu yang tidak kita punya sendiri - maksudnya disini, itu kan mobil punya orangtua ya - menyakitkan, sungguh. Bagi saya yang sudah berusaha membiayai hidup sendiri dari sejak awal kuliah, dinilai dari kekayaan orang tua itu justru sesuatu yang... menghina integritas dan kerja keras diri saya. 

Ya, siapa sih perempuan yang ga pingin punya suami yang cukup - seriously, you know what I mean - tapi buat saya, yang lebih penting adalah esensi kerja kerasnya. Kalau misal dia beruntung memiliki orang tua yang kaya, alhamdulillah. Tapi sekali lagi, ga akan berarti apa-apa kalau dianya tidak cerdas memanfaatkan kekayaan itu untuk sesuatu yang baik dan berguna untuk orang banyak.

Sebaliknya, saya pun amat sangat benci pada lelaki yang mengatakan, 'nanti siap hidup susah sama saya ya..' Duh mas, ga usah ngomong gitu aku juga paham kalau kita pasti hidup susah. Berdasarkan pengamatan saya terhadap ayah-ibu-om-tante-pakde-bude saya, rata-rata baru hidup agak enak setelah lima belas tahun pernikahan. Misal, rumah lunas, bisa liburan sekali setahun, anak-anak terjamin pendidikannya. Maka, akan sangat wajar kalau kita harus membangun sesuatu dari bawah, bersama-sama, berdua.

Saya lebih suka pada seseorang yang mengatakan, 'saya optimis, bersamamu, kita bisa sukses.' Berasa MLM ya bok. But it's true, because get married and grow old with you is about building and creating something that long-lasting. Sayang banget belum ada yang bilang gini sama saya, hahaha. 

Kita pasti pernah mendengar sabda Rasulullah, ”Wanita itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena kecantikannya, karena nasabnya, karena agamanya. Maka pilihlah alasan menikahinya karena agamanya. Kalau tidak maka rugilah engkau.”

Dear my future husband, inilah saya. Saya tidak kaya, saya tidak cantik (relatif sih, mungkin buat kamu saya yang tercantik, lol), orang tua saya berasal dari kalangan biasa-biasa saja, maka saya sedang berjuang untuk memperbaiki agama saya. Bukan hanya untuk kamu atau anak-anak kita, tapi demi menggapai ridho Allah. 

So, what about you?

Salam,
Prima

10 comments:

  1. dan salah satu cara masuk ke kelompok pergaulan yang tingkat sosialnya lebih tinggi dari kelas kita adalah: wawasan yang luas :) so true lo mbak menurutku banyak baca buku (diverse reading material) juga mempermudah kita untuk elevating ourselves :3

    ReplyDelete
    Replies
    1. can't agree more! maybe it will be another blog post of mine ;)

      Delete
  2. Baliknya ke apa kata Bang Aditya Mulya, ya, Mbak... Wanita baik pasti gak keberatan diajak hidup susah.. tapi laki2 baik nggak akan tega ngajak istrinya hidup susah :D

    ReplyDelete
  3. Aku? Semoga Kak Prima dapat suami yang baik segala sesuatunya~

    ReplyDelete
  4. sebenarnya, kalau menikah menunggu kaya bisa itu juga kurang tepat. walau pun kenyataan realitas sekarang seperti itu. bukankah pernikahan itu "pintu pembuka rizki?"

    ReplyDelete
  5. kerasa mengigit mbak...smga segera dipertemukan sumber ketenangannya.... karena Allah semoga...

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...