Monday, August 11, 2014

Surat Untuk Anakku

Anakku,

Saat ibu menulis surat ini, ibu berusia hampir dua puluh enam tahun.

Ibu menulis ini karena ibu sedang teramat sedih.. tapi ibu mau kamu ingin mengambil pelajaran dari cerita ini.. Dan misalkan, kisah sedih ini terulang padamu (yang ibu harap tidak, tentu saja), tunjukkan surat ini kepada ibu ya Nak..

Kata Nenek, di usia ini, ibu belum menunjukkan eksistensi diri ibu.

Ibu bekerja di sebuah studio animasi – yang sedikit banyak sebenarnya adalah jawaban Allah atas doa ibu selama ini. Tapi yang Nenek lihat, ibu kurang berprestasi, dan setelah dua tahun, Nenek ingin melihat ibu menggapai lebih.

Kata Nenek, di usia ini, masa depan ibu tidak jelas.

Ibu belum kembali bersekolah, ibu punya banyak impian besar tapi belum satupun terlihat titik terangnya, bahkan passion terbesar ibu.. menulis.. juga belum nampak hasilnya..

Kata Nenek, di usia ini, ibu... menyedihkan.
Pergaulan ibu sempit, waktu ibu untuk diri sendiri dan rumah terbatas, dan yang paling pahit.. belum ada tanda-tanda pendamping hidup mendekati.

Nak, Nenek ada benarnya.
Dan itu merupakan hak dan kewajiban Nenek untuk membetulkan langkah ibu, sebelum ibu salah terlalu jauh.

Tapi seandainya kamu tahu, bahwa satu dan lain hal ini tidak terjadi karena sebulan-dua bulan.
Mari kita flashback ke masa kecil ibu yang penuh ketakutan karena tidak mendapatkan kasih sayang sepenuhnya dari Nenek dan Kakek. Buyut, dan Tante-tante ibu bahkan harus ikut turun tangan, memastikan ibu tidak kesepian dan merasa terbuang. Kursus ini-itu, ekskul ini-itu, ibu tidak boleh bilang 'tidak', semata untuk apa? Agar ibu tidak sempat memikirkan apa yang ibu tidak punya.

Hingga di masa sekolah.. Tahu kenapa ibu pernah berpindah sekolah?
Karena Nenek-Kakek-Buyut-Nenek Tante, bersikeras masing-masing memiliki hak untuk mengatur hidup ibu.

Tanpa pernah bertanya pada ibu, apa yang ibu sungguh mau.

Hingga ketika memilih perguruan tinggi, ibu akhirnya berontak.
Nenek – oh untuk kali ini, Kakek sependapat - mau ibu jadi dokter.
Nenek Tante ingin ibu jadi ahli ekonomi sepertinya.
Buyut malah ingin ibu menikah saja.

Untuk sekali seumur hidup, ibu memberanikan bilang tidak karena kesemuanya bukan dunia ibu. Empat tahun kuliah, ibu ingin menjadikannya masa tidak terlupakan. Dan hingga kini, ibu belum pernah merasa menyesal sedikitpun mengambil keputusan untuk studi di Jurusan Ilmu Komunikasi.

Nak, itu sedikit tentang ibu.
Sekarang tentang kehidupan, yang tentunya masih banyak menyimpan misteri untuk ibu.

Satu hal penting yang ibu ketahui, hal paling mudah untuk membuat diri sendiri tertekan adalah, keinginan untuk menyenangkan semua orang.
Tidak nak, kamu tidak akan pernah bisa.
Maka satu waktu, ketika ini terjadi padamu – dan ibu yakin pasti terjadi – ambil keputusan yang menurutmu paling mendekatkan dengan ridho Allah.

Nak, kebahagiaan manusia itu kecil sekali dibanding apa yang bisa Ia berikan.
Mungkin sesuatu terasa pahit saat ini, tapi jika itu sejalan dengan ingin-Nya, yakinlah akan manis pada waktunya.

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah (2): 216)

 
Nak, bagi ibu, ibu sudah cukup bangga kalau kamu rajin tahajud dan dhuha, syukur-syukur kalau ditambah mengaji satu juz setiap hari.

Ibu tidak perlu melihat kamu bergaul setiap hari, keluar-masuk kafe, jika itu membuatmu melalaikan sholat wajibmu.

Ibu tidak perlu melihat kamu bergaji sepuluh-dua puluh juta sebulan, jika itu membuatmu takabur dan meremehkan orang lain.

Ibu tidak perlu melihat kamu berprofesi mentereng nan keren dilihat orang, jika setiap harinya kamu berangkat kerja dengan terpaksa.

Nak, ibu janji, kamu boleh jadi apapun yang kamu mau selama itu masih di jalan Allah.
Selama itu bermanfaat bagi agama dan lingkungan.
Selama itu menyenangkan hati kamu.

Ibu akan tetap mendampingimu, membersamaimu, dan mengingatkanmu untuk kembali ke jalur yang benar selagi ibu mampu dan ibu memiliki pengetahuan akan itu.

Jikalau tidak, janji ibu yang kedua adalah ibu akan meluangkan waktu untuk mendengarkanmu.
Menjelaskan pada ibu dari sisimu.
Mencoba memahamimu sebelum ibu membuka mulut ibu.

Nak, suatu saat nanti kamu akan beranjak dewasa, menjalani hidupmu tanpa ibu dan ayah.
Karena ini adalah hidupmu, maka kamu yang akan bertanggungjawab.
Sehingga hanya kamu - ibu ulangi - hanya kamu, yang tahu apa yang terbaik untuk dirimu sendiri.

I'll be proud of you no matter what.

Surabaya, 10 Agustus 2014
Dua bulan sebelum ulang tahun ibu yang ke-26

Salam sayang,
Ibu

9 comments:

  1. Ibu yang keren. Your son/daughter will be proud of you sist. :)

    ReplyDelete
  2. Kalau seandainya aku boleh dapat kesempatan reinkarnasi, ingin punya ibu seperti Kak Prima. Ah, tidak deh, aku bangga dengan Mamahku ini, walaupun perlakuannya sedikit keras tapi apapun yang beliau lakukan selalu menjadi kenangan.

    Suatu saat, semoga anak yang terlahir dari rahim seorang ibu bernama Primadita Rahma akan menjadi anak yang berada dalam jalan-Nya. InsyaAllah :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. jangan sayang, nanti nyesel :)))
      sepertinya aku mungkin juga akan jadi ibu yang keras terutama menyangkut masalah ibadah. tapi intinya disini masalah cita-cita dan impian sih. jamannya anakku seumur aku nanti pasti banyak berbeda dan aku ga bisa pakai standar yang sama untuk menilainya..
      dan aku mau ajarkan anakku bertanggungjawab sama keputusannya sendiri, gitu :)

      amiiin, doa terbaik itu, semoga kita semua menjadi anak yang sholehah dan memudahkan orang tua kita masuk surga :)

      Delete
    2. Wihihi, nanti suruh alter ego-ku yang bereinkarnasi, biar kami sama-sama berbagi, hehe :D
      Kalau Mamahku sih keras di segala-galanya, bukan keras sih tapi apa ya... sayang tapi caranya lain dari yang lain, nggak dimanja begitu. Tapi untuk soal cita-cita, beliau membebaskan banget selagi nggak menyulitkan, benar, dapat aku tanggungjawabi, dan bisa jujur dari awal.

      Amin...

      Delete
  3. Orang tuaku juga pisah kak. Tapi kebalikannya kamu, keluargaku memaksa aku mandiri sehingga apapun keputusan seringnya kuambil sendiri. Memilih les, memilih sekolah, ekskul, sampai kuliah, semua kupilih sendiri. Aku awalnya merasa kurang diperhatikan dicuekin dipaksa dewasa. Tapi setelah baca kisah kamu, aku merasa beruntung krn dgn memilih semua sendiri aku merasa berkembang lebih baik. :) Kak, pengen deh besok jadi mama yg punya pikiran kaya kamu :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. wow, makasih banyak masukannya. ada kelebihan dan kekurangannya masing-masing sih ya :D
      yang terpenting sekarang kita bisa mensyukuri, apapun yang terjadi di masa lalu, itu yang membangun kita sekarang :)
      you'll be much much better dear, masih lebih muda, masih lebih banyak waktu untuk belajar. semangat! ;)

      Delete
  4. One day, udah kebayang kalo anakmu baca ini langsung meluk ibunya :')
    oiya, kalo boleh melipir ada yang versi aku juga *tetep promosi http://ratrispensieve.blogspot.com/2013/06/cinta-seorang-calon-ibu.html

    ReplyDelete
  5. This is really inspiring and am very touched. We should write more to our kids. I came across this where you can time capsuled your letters :) http://lettersforthefuture.meltwaterrise.com

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...