Monday, February 27, 2017

Weekend Journal #9

Akhir pekan kemarin adalah salah satu productive weekend yang sangat bermakna. Saya mendapat banyak suntikan semangat dan food for thought. Buat sister yang belum tahu, saya meneliti tentang faktor yang memotivasi donatur menyumbangkan uangnya di campaign NusantaRun Chapter 4 yang dipublikasikan di Kitabisa.com. [Ada yang jadi donatur? Kontak saya dong, email: primaditarahma at gmail dot com]

Makanya ketika saya melihat nama Alfatih Timur, CEO KitaBisa, sebagai salah satu pembicara di dYouthizen, saya langsung Whatsapp-an dan minta waktu untuk ketemu. Awalnya saya engga dapat konfirmasi untuk ikut seminar tersebut, tapi karena Timy (panggilannya) minta ketemu di seminar, saya pun tetap datang. Alhamdulillah saya bisa jadi peserta dan bisa dengerin mbak Melanie Subono berbagi inspirasi.

Saya pertama kali menyimak mbak Melanie di Surabaya Youth Carnival beberapa tahun lalu, and she is really really amazing (baca post ini). Ada dua poin penting yang dia share ke peserta dYouthizen. Yang pertama, ada dua tipe manusia di dunia ini: yang melakukan – dan yang tidak. Meskipun niat aja udah dapat pahala, tapi ‘mau’ aja engga cukup. You have to take action! Yang kedua, the best time to take action is NOW. Apalagi kalau habis datang seminar itu biasanya semangat lagi tinggi banget. Kalau nunggu besok, atau lusa.. bye deh. That’s why malam minggu itu saya sebenarnya berencana untuk langsung menuliskan transkrip wawancara sama Timy. Sayangnya ada keluarga jauh yang datang ke rumah dan yaaa masa saya engga nemenin (excuse melulu -_-).

Sesudah saya sholat dzuhur, saya ketemu Timy lagi buat ngobrol. Eh ternyata, sesi berikutnya adalah sesinya ko Yansen Kamto dari Kibar.id. Orangnya narsis abis, tapi penjelasannya warbiyasak keren! Nah, kami pun sepakat untuk memperhatikan materinya ko Yansen. Oya, untuk cerita dari ko Yansen, kayaknya lebih baik dibikin blog post tersendiri deh.

Oleh karena waktu Timy yang terbatas, saya justru ditawari ikut dia dan istri makan siang (tapi udah jam 3 sore..), sekalian mengantar mereka ke hotel tempat mereka menginap malam itu. Allah baik banget.. saya pun dapat waktu eksklusif buat konsultasi tentang tesis saya, bahkan bisa berdebat tentang banyak hal. Dari mulai transportasi online (istrinya kerja sebagai Marketing Analyst di GoJek), masalah kemiskinan di Indonesia, dan tren gaya hidup sehat.

Timy banyak memberikan saya pengetahuan dan wawasan, yang pastinya membantu tesis saya. Kalau saya mengetahui hipotesis atau asumsi dari teori dan observasi, Timy sudah memahaminya lebih dulu. Cuma yaaaaa, trial and error selama hampir 4 tahun sejak KitaBisa berdiri. Setara dengan S3 kan.

Selain Timy sendiri, caranya berinteraksi dengan istrinya jadi #RelationshipGoals buat saya. Mungkin karena sama-sama bekerja di start-up, obrolan mereka nyambung banget. Mereka juga satu jurusan di UI, hanya beda angkatan. Engga nyangka, mereka sudah menikah 3 tahun lho. Istrinya ini manis manja gitu. Gara-gara banyak peserta perempuan yang minta foto bareng, waktu di mobil istrinya tanya ke Timy, “abang udah dapat nomer handphone cewek berapa?” :)))))

Meskipun saya engga banyak tahu tentang mereka, istrinya Timy sempat cerita kalau dia S2 di Amerika Serikat. Mereka pun menjalani long distance marriage selama 1,5 tahun. Balik ke Indonesia, Timy masih semangat banget dengan Kitabisa. Istrinya tetap mendampingi dan percaya dengan mimpi-mimpi Timy. Even for them both, saya ngeliat..... gampang kalau naksir sama Timy yang sekarang, secara KitaBisa udah ‘membukukan’ donasi sebanyak Rp. 73 Miliar dari 4000-an campaign. Tapi dulu waktu baru mulai? I can’t imagine the challenges and difficulties.

Saya pun merefleksikan hal ini kepada diri sendiri. Kira-kira, apakah saya siap untuk menjadi suami yang masih membangun, belum kelihatan masa depannya gimana, dan punya mimpi teramat besar which is unthinkable for common people. 

Dulu saya pernah didekati oleh seorang yang baru mendirikan start-up dan saya khawatir sama rencana keuangannya. Bedanya dengan Timy, saya melihat dia tidak punya fighting spirit. Orangnya agak ‘menggampangkan’ dan saya jadi mikir, apakah dia berkomitmen untuk membahagiakan saya?

See, ketemu orang-orang yang inspiratif selalu bikin merenung. So grateful to meet Timy and wife, dan sekarang mari lanjut ngerjain tesis karena Timy pun menunggu hasil penelitian saya :D

Have a great week ahead!

Lots of love,
Prima

2 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...