Wednesday, February 4, 2015

BOOK REVIEW: One Hundred Names (Seratus Nama) - Cecelia Ahern

Pic from here.
 
Judul: One Hundred Names – Seratus Nama
Judul Asli: One Hundred Names
Penulis: Cecelia Ahern
Alih Bahasa: Nurkinanti Laraskusuma
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 978-602-03-1212-5
Tebal: 464 hlm
Tahun terbit: Januari 2015
Cetakan: Pertama
Genre: Fiksi Dewasa, Novel Populer, Jurnalistik
 
I have to admit that I had a very high expectation towards this book at first. Hanya berbekal fanatisme saya terhadap film P.S.I Love You – padahal saya ga pernah baca novelnya – saya sudah menahbiskan Cecelia Ahern sebagai salah satu novelis roman terbaik. Only God knows why.

Ternyata? Well, mungkin memang agak berbeda menikmati produk film dan novel #YaIyalahPrim -_-

But generally, I enjoy reading it. Meski ga bikin saya tergila-gila dengan ceritanya, sebagaimana ketika saya nonton P.S. I Love You.

Saya merekomendasikan buku ini untuk dibaca para mahasiswa Ilmu Komunikasi atau siapapun yang tertarik dengan pekerjaan di media massa, khususnya televisi atau majalah. Disini, kamu bisa melihat studi kasus yang amat sangat menarik. Bayangkan kalau kamu menghadapi masalah serupa, kira-kira nih, apakah kamu akan sekreatif si karakter utama?

Kitty Logan baru saja menghancurkan Thirty Minutes, acara TV miliknya – ketika dia menuduh Colin Maguire bersalah atas pelecehan seksual, yang ternyata sama sekali tidak dilakukannya. Gara-gara kasus itu, Kitty diberhentikan secara tidak terhormat dari TV tersebut dan menerima berbagai teror yang dialamatkan ke apartemennya. Puncak kehancuran Kitty adalah ketika salah satu mantan teman kuliahnya mengkhianatinya dengan cara diam-diam mengulas kehidupannya untuk sebuah artikel eksklusif di Sunday World.

Untungnya, Constance, pemimpin redaksi majalah Etcetera, tempat ia bekerja penuh waktu, masih mempercayainya.  Bahkan, ia menitipkan wasiat untuk Kitty, suatu tugas yang harus Kitty lanjutkan selepas Constance meninggal. Yep, she is dying because of cancer :(

Tapi tugas itu tak mudah sama sekali. Ada seratus nama yang dititipkan untuk Kitty, dan Constance mau Kitty menuliskan kisah mereka satu-persatu. Tidak ada petunjuk sama sekali tentang nama-nama itu, bahkan ketika Kitty mencoba menghubungi mereka satu persatu, tidak ada satupun yang pernah dihubungi oleh Constance; atau bahkan pernah mendengar tentang majalah Etcetera.

Di saat yang sama, Pete, pemimpin redaksi yang baru, bersikeras untuk membuat satu edisi yang sensasional untuk mengenang karya-karya Constance. Kitty terdesak untuk mempertahankan nilai-nilai jurnalisme dan artistik yang telah diajarkan oleh Constance, dan ia harus mengemas hasil investigasinya hanya dalam waktu dua minggu.

Ketika hari-hari mempertemukannya dengan: 1) Bridget Murphy, seorang manula yang tinggal di pantai jompo; 2) Eva Wu, personal gift buyer; 3) Mary-Rose, freelance hair stylist untuk pasien-pasien di rumah sakit; 4) Archie Hamilton, mantan narapidana yang melakukan penyiksaan terhadap pemerkosa anaknya – apa yang harus Kitty tuliskan untuk Etcetera? Apa tema besarnya? Apa benang merah dari kisah-kisah hidup keseratus nama tersebut? Temukan jawabannya di buku ini, hehehehehe *ditimpuk pembaca*

Selain keempat nama tersebut, tentu saja ada nama-nama lain yang Kitty temukan dalam waktu satu setengah minggu itu. Dari tugas yang sebenarnya hanya Kitty lakukan demi menyelamatkan nama dan imej-nya, perjalanan tersebut memberikan Kitty pengalaman yang luar biasa dan menyadarkannya akan satu hal: setiap orang punya kisah untuk diceritakan.

Sekarang saya sedang membaca novel ini untuk yang kedua kalinya. Pertama kali baca, saya menghabiskannya hanya dalam waktu empat jam saja. Tapi, lebih baik kamu membacanya dengan perlahan, meresapi setiap deskripsi karakternya yang sangat mendetail dan unik, yang bisa bikin kamu berpikir: memangnya ada orang seperti mereka? Mungkin, sangat mungkin kita bertemu dengan orang-orang yang inspiratif setiap harinya. Kita hanya perlu membuka mata dan telinga untuk menyingkap tabir kehidupan mereka #tsah

Beberapa kalimat yang saya sukai di novel ini antara lain:
  • “Yang kudengar darimu hanyalah bagaimana namamu, reputasimu, dan profesimu yang hancur. Semuanya tentang dirimu.”
  • “Bukannya menulis untuk pasar, ia ingin mereka menulis untuk diri sendiri. Hanya saat itulah, ia meyakini para pembaca akan memahami. Ia ingin para penulisnya bukan sekadar informatif dan punya gaya khas, tapi juga mendorong ke luar sisi seniman di dalam diri mereka.”
  • “Aku sama sekali tidak mencerdaskan dunia dengan menulis kisah-kisah yang kutulis, dan bahkan setelahnya pun editorku akan mengubahnya begitu banyak sampai aku nyaris tidak bisa menyebutnya tulisanku.”
The conclusion?
Just read it, so you know that even yourself have a story that worth to share ;)

Lots of love,
Prima

1 comment:

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...