Saturday, August 9, 2014

Jatuh Cinta Berjuta Rasanya

Beberapa hari yang lalu, seseorang yang sudah saya anggap kakak, bertanya pada saya, "kamu pernah jatuh cinta, prim?"

Yang saya jawab cepat, "ya pasti pernah lah mbak.."

Lalu saya menerawang.

Sepanjang hidup saya, jatuh cinta yang paling berkesan itu dua kali, dan keduanya...ga berlanjut. *pukpuk diri sendiri*

Yang pertama sih udah bisa dipake becandaan. Orangnya juga ga jauh-jauh banget dari saya, meski memang ga pernah ketemu lagi. 

Tapi yang kedua... menjadi salah satu pelajaran terbesar dalam hidup saya.

Perpisahannya sangat-sangat menyakitkan, dan yang lebih menyakitkan, adalah saya yang memilih untuk pergi.

Seperti yang saya ceritakan ke mbak itu, "waktu itu, saya bilang ke dia, 'kita harus berpisah sekarang. Saya akan menangis, tapi sama aja, sekarang atau nanti, kita berdua akan menangis. Dan saya memilih untuk menangis sekarang.'"

Hampir semua orang yang pernah merasakan jatuh cinta, pasti pernah ngerasain jadi 'bodoh' karena cinta.

I did, too.

Ga bisa saya ceritain disini, karena bahkan ketika saya menulis ini aja, saya masih ga habis pikir kok bisa saya bodoh banget segitunya.. Hahahahaha. Alhamdulillah sih bukan hal-hal yang dilarang agama. Tapi tetep aja konyol. Parah.

At one point, I was very happy with him. Saat itu, usia kami berdua sudah terbilang cukup dewasa, apalagi dia. Bahkan ketika topik pernikahan terlontar, mama saya bilang "yang terpenting untuk mama adalah kamu bahagia. Yang lain, adalah tanggung jawab kamu sepenuhnya."

Dapat lampu hijau begitu, saya justru meragu. Skala satu hingga sepuluh, nilai sebelas saya berikan, semata karena saya sadar saya sedang berada di jalur yang salah. Tapi... saya tidak bisa serta-merta menghentikannya.

The feeling was addicting, right?

Maka saya 'membaca' tanda-tanda. Saya menelusuri pengalaman orang-orang terdekat saya. Hingga saya tiba di kesimpulan... saya tidak siap.

Bagi saya, pada akhirnya, cinta SAJA tidak cukup. Ketika kita mencinta, memang dunia terasa milik berdua. Tapi ketika kita melangkah lebih jauh, ada lebih banyak hal yang harus kita pertimbangkan.

Bagi saya, diatas cinta ada komitmen. Karena cinta bisa hilang, sementara komitmen tidak. 

I have seen too much pain because of love, and I don't want to step on it over again.

Menariknya, ketika saya membulatkan tekad meninggalkannya, saya berdoa pada Allah, dan ga lama kemudian ada suatu peristiwa yang membuat si dia membenci saya.

Allah made it easier for me, Allahu akbar.

Beberapa bulan sesudahnya baru saya mendengar kajian, bahwa Allah Maha Pencemburu. Jangan sampai kita mencintai sesuatu lebih dari kita mencintai Allah, karena sudah tentu Ia tidak akan suka. Meski menurut kita kelihatannya baik, kalau berlebihan, well... tunggu saja putusan-Nya terhadap kita.

Kembali ke cerita saya, setelah 'teguran' sayang dari Allah itu, memang sepertinya saya menutup diri. Saya ngerasa kok, hehe. Sering orang bilang ke saya, "dingin banget sih jadi perempuan.." atau, "tau deh, kayaknya hatinya terbuat dari batu." Seandainya mereka tahu, justru ketika saya mencinta, it will be completely - so I will think about it so deeply.

Anyway, now I am happy for something. Maybe it's love, maybe it's not. Tapi satu yang saya usahakan dengan sangat, perasaan ini tidak boleh melebihi cinta saya kepada Allah.

Amin insyaAllah.

Love,
Prima

3 comments:

  1. ceritanya kakak sama kaya aku nih...
    Perpisahannya sangat-sangat menyakitkan, dan yang lebih menyakitkan, adalah saya yang memilih untuk pergi.
    dan sama di yang kedua.
    :"

    ReplyDelete
    Replies
    1. *pukpuk berjamaah*
      yang kuaaat, nanti diganti sama Allah dengan cinta yang lebih barokah, amin :)

      Delete
  2. Sist.. jadi terenyuh bacanya. ihik

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...