Image credit: @andathousandwords (kiri), @stephng4 (kanan) |
Disclaimer:
1. Hampir semua informasi yang tertera di blog post ini adalah berdasarkan pengalaman saya pribadi atau kenalan/teman – setiap pengalaman bisa berbeda tergantung situasi, kondisi, dan ekspektasi.
2. Saya tidak mendapatkan komisi apapun dari penyertaan informasi di sini (hahaha) – jadi kalau mau membantu perekonomian saya, boleh kasih proyek terjemahan Inggris-Indonesia (dan Indonesia-Inggris) atau copywriting/artikel. InsyaAllah layanan memuaskan dan harga bersahabat. :D
Satu tahun telah saya lewati di Ubud dengan segala asam-garamnya dari mulai fase ‘bulan madu’ yang super membahagiakan, hingga sekarang kalau bisa dibilang yaaaaa… gitu deh. Namanya juga kerja: ada deadline, ada tekanan, ada yang bikin emosi, dan sebagainya. But a whole experience in Ubud is surely fulfilling and I am grateful for everything that has happened. Untuk rangkuman tentang kehidupan saya di Ubud selama setahun belakangan bisa dibaca di sini (sekalian follow dong, hehe).
Berhubung saya datang ke Ubud untuk bekerja, jujur saya tidak terlalu bernafsu untuk mengeksplorasi wisata Ubud, atau bahkan wisata Bali pada umumnya. Maklum, tahun lalu saya bergabung dengan Ubud Writers & Readers Festival lima bulan menjelang hari H, sehingga perhatian dan energi saya jelas tersita. Memang tahun ini saya punya lebih banyak waktu luang dan hari libur untuk piknik tipis-tipis. Apalagi dengan adanya – ehem – Tinder, jadi enggak repot kalau mau cari travel buddy [#abaikan]. Tapi sumpah, aktivitas wisata yang saya lakukan enggak se-menantang turis lainnya. Ya secara kalaupun mau jalan-jalan pada akhir pekan, Senin saya harus kerja lagi ye kan.
Hanya saja, pertanyaan tentang wisata Ubud terus berdatangan ke saya. Padahal informasi tentang Ubud dari para travel blogger – yang saking terkenalnya, bisa menginap di Kamandalu secara gratis – berlimpah! Mungkin you guys berpikir saya punya sudut pandang berbeda, lalu saya rasa juga “why not?” – bagi-bagi informasi kan berpahala. So here we go, panduan wisata Ubud (semoga) paling lengkap.
1. Hampir semua informasi yang tertera di blog post ini adalah berdasarkan pengalaman saya pribadi atau kenalan/teman – setiap pengalaman bisa berbeda tergantung situasi, kondisi, dan ekspektasi.
2. Saya tidak mendapatkan komisi apapun dari penyertaan informasi di sini (hahaha) – jadi kalau mau membantu perekonomian saya, boleh kasih proyek terjemahan Inggris-Indonesia (dan Indonesia-Inggris) atau copywriting/artikel. InsyaAllah layanan memuaskan dan harga bersahabat. :D
Satu tahun telah saya lewati di Ubud dengan segala asam-garamnya dari mulai fase ‘bulan madu’ yang super membahagiakan, hingga sekarang kalau bisa dibilang yaaaaa… gitu deh. Namanya juga kerja: ada deadline, ada tekanan, ada yang bikin emosi, dan sebagainya. But a whole experience in Ubud is surely fulfilling and I am grateful for everything that has happened. Untuk rangkuman tentang kehidupan saya di Ubud selama setahun belakangan bisa dibaca di sini (sekalian follow dong, hehe).
Berhubung saya datang ke Ubud untuk bekerja, jujur saya tidak terlalu bernafsu untuk mengeksplorasi wisata Ubud, atau bahkan wisata Bali pada umumnya. Maklum, tahun lalu saya bergabung dengan Ubud Writers & Readers Festival lima bulan menjelang hari H, sehingga perhatian dan energi saya jelas tersita. Memang tahun ini saya punya lebih banyak waktu luang dan hari libur untuk piknik tipis-tipis. Apalagi dengan adanya – ehem – Tinder, jadi enggak repot kalau mau cari travel buddy [#abaikan]. Tapi sumpah, aktivitas wisata yang saya lakukan enggak se-menantang turis lainnya. Ya secara kalaupun mau jalan-jalan pada akhir pekan, Senin saya harus kerja lagi ye kan.
Hanya saja, pertanyaan tentang wisata Ubud terus berdatangan ke saya. Padahal informasi tentang Ubud dari para travel blogger – yang saking terkenalnya, bisa menginap di Kamandalu secara gratis – berlimpah! Mungkin you guys berpikir saya punya sudut pandang berbeda, lalu saya rasa juga “why not?” – bagi-bagi informasi kan berpahala. So here we go, panduan wisata Ubud (semoga) paling lengkap.
Mengapa Ubud?
Satu alasan utama yang saya sadari baru-baru ini, Ubud adalah ‘hub’. It’s right in the middle of Bali island. Mau ke timur, utara, atau barat, Ubud terletak di tengah-tengah dan menjadikan (beberapa) rute perjalanan eksplorasi wisata Bali lebih efisien. Begini, hampir semua orang datang ke Kuta karena it’s so d*mn famous: belum ke Bali kalau belum ke Kuta. Yaelah [*eyes rolling*]. Kuta juga dekat dengan bandara – sehingga tentu saya akan menyarankan kamu mengakhiri wisata Bali dengan menginap di daerah Kuta kalau kamu punya jadwal penerbangan pagi.
However, Ubud is something else. It’s not that beachy city or party avenue, but if you really want to SEE Bali that (mostly) still authentic, you have to come to Ubud. Pura dan istana yang cantik, restoran dan kafe yang memenuhi hasrat, kesempatan berdekatan dengan alam yang menakjubkan. Wisata Ubud (konon) adalah tentang reconnect dengan dirimu. Meskipun pada saat peak season, ramenya Ubud bikin pengin mengelus dada (siapa?) tapi saya masih betah tinggal di Ubud (setidaknya sampai sekarang).
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menjelajah Ubud?
Image credit: @special__kaayy (kiri), @adrienne_koleszar (kanan) |
Dua hari dua malam rasanya sudah sangat cukup. Ini jika kamu mau memasukkan semua destinasi wisata Ubud ke dalam daftar. Sebagai contoh: Campuhan Ridge, Monkey Forest, Tegalalang Rice Terrace, Ubud Market, dan lain-lain.
Nah, Ubud sendiri mungkin tidak terlalu kaya akan destinasi wisata, kecuali kamu ke sini untuk melakukan yoga training atau icip-icip kafe vegan/vegetarian yang menjamur. Saran saya, menginaplah di Ubud untuk menjangkau destinasi wisata Bali di sekitarnya, dengan perkiraan rute sebagai berikut:
Nah, Ubud sendiri mungkin tidak terlalu kaya akan destinasi wisata, kecuali kamu ke sini untuk melakukan yoga training atau icip-icip kafe vegan/vegetarian yang menjamur. Saran saya, menginaplah di Ubud untuk menjangkau destinasi wisata Bali di sekitarnya, dengan perkiraan rute sebagai berikut:
- Ke Arah Sanur/Denpasar: Bali Zoo (baca cerita saya waktu ke sini tahun 2016), Bali Bird Park, dan Bali Safari & Marine Park.
- Karangasem: Sidemen, Tirta Gangga, Ujung Water Palace, dan Virgin Beach.
- Bedugul: Kebun Raya dan Danau Bedugul, Danau Buyan, dan Danau Tamblingan.
- Kintamani & Bangli: Danau Batur, Desa Wisata Penglipuran, Pura Gunung Kawi, Pura Tirta Empul, dan Goa Gajah.
- Wisata Air Terjun: Tegenungan, Kanto Lampo, Rang Reng, dan Tibumana.
- Tabanan: Jatiluwih, Bali Butterfly Park, dan sekitarnya.
Bisa gak day trip ke tujuan di atas dari Kuta? Bisa saja, tapi saya enggak sanggup dengan lama perjalanan yang tidak dapat diprediksi. So, lebih baik menginap di Ubud dan segera beristirahat setelah berwisata sepanjang hari. Ada ‘Aamiin’, Pemirsa?
Apa yang tidak boleh dilewatkan saat berwisata ke Ubud?
Image credit: @andut (kiri); @ringabiketour (kanan) |
Ini pertanyaan yang sangat tricky karena saya belum mencoba semua aktivitas yang tersedia, dan tentu saja tergantung dengan seberapa fit staminamu. Kalau kamu berjiwa petualang, tentu saya akan menyuruh kamu mencoba rafting atau bersepeda keliling Ubud. Yang kedua, hmmm, siapkan mental baja karena medan Ubud dihiasi oleh tanjakan dan turunan. Tapi sepedanya khusus kok, kamu enggak akan terlalu capek (berusaha membuat para pembaca tidak terlalu tegang, lol). Paling juga ngos-ngosan sedikit, hahaha. Aktivitas wisata di Ubud lainnya yang membuat para wisatawan menginap di sini adalah, mendaki Gunung Batur dan menanti matahari terbit di puncak. Sedihnya, saya juga belum pernah melakukannya karena… wacana forever sama teman-teman dekat!
Biaya: sekitar 350,000 sampai 750,000 per orang tergantung pilihan aktivitas dan fasilitas (misal: jemput di hotel, sarapan, dan sebagainya). Paling aman dan insyaAllah lebih murah, cek di hotel tempatmu menginap. Mereka pasti punya afiliasi dengan tour agency.
Tapi kalau kamu tergolong turis yang santai, enggak ada yang perlu dikejar kecuali rida Allah (wow, apa ini :p), Ubud cocok untuk pejalan kaki. Iya, jalan kaki keliling Sentral Ubud sampai ke Campuhan. Tentu, dengan cuaca yang tidak seganas di Kuta atau daerah sekitar pantai, kamu bisa mengenakan summer dress dan masih tampak (sedikit) memesona setibanya di Campuhan. Waktu paling pas untuk ‘mengukur’ Ubud dan sekitarnya adalah pagi-pagi sekali sehingga kamu tidak perlu berjibaku dengan orang-orang lain saat hendak berfoto. Waktu saya ke Tegalalang sama teman dari Perancis, saya paksa dia untuk berangkat pukul 06.30 – dan benar saja, ketika kami sudah menyelesaikan ‘hajat’ pukul 08.00, mendadak para turis berdatangan dan foto-foto pun menjadi kurang nyaman.
Ubud, Pusat Festival dan Pertukaran Budaya di Bali
Biaya: sekitar 350,000 sampai 750,000 per orang tergantung pilihan aktivitas dan fasilitas (misal: jemput di hotel, sarapan, dan sebagainya). Paling aman dan insyaAllah lebih murah, cek di hotel tempatmu menginap. Mereka pasti punya afiliasi dengan tour agency.
Tapi kalau kamu tergolong turis yang santai, enggak ada yang perlu dikejar kecuali rida Allah (wow, apa ini :p), Ubud cocok untuk pejalan kaki. Iya, jalan kaki keliling Sentral Ubud sampai ke Campuhan. Tentu, dengan cuaca yang tidak seganas di Kuta atau daerah sekitar pantai, kamu bisa mengenakan summer dress dan masih tampak (sedikit) memesona setibanya di Campuhan. Waktu paling pas untuk ‘mengukur’ Ubud dan sekitarnya adalah pagi-pagi sekali sehingga kamu tidak perlu berjibaku dengan orang-orang lain saat hendak berfoto. Waktu saya ke Tegalalang sama teman dari Perancis, saya paksa dia untuk berangkat pukul 06.30 – dan benar saja, ketika kami sudah menyelesaikan ‘hajat’ pukul 08.00, mendadak para turis berdatangan dan foto-foto pun menjadi kurang nyaman.
Ubud, Pusat Festival dan Pertukaran Budaya di Bali
There’s always exciting events in Ubud along the year. Kalau ingin mendapatkan pengalaman berbeda, kamu bisa datang ke Ubud pada saat festival berlangsung. Call me bias, tentu saja yang pertama dan utama akan saya rekomendasikan adalah Ubud Writers & Readers Festival (sedang ada pembukaan volunteer nih, cek di sini) dan Ubud Food Festival. I don’t think I should explain more about these festivals, should I? Hahaha.
Image credit: @balispiritfest (kiri), @ubudvillagejazzfestival (kanan) |
Di samping itu, ada Ubud Village Jazz Festival, Bali Spirit Festival, Ubud Royal Weekend, dan TEDxUbud. Tahun ini, Bali International Indigenous Film Festival juga diselenggarakan di Ubud. So yeah, ada banyak keceriaan di Ubud (walaupun ini juga berarti tingkat kepadatan jalan juga bertambah, hehe).
Yasss, akhirnya ada saya nongol! :)) - Image credit: @hustlersvilla |
Alternatif lain, kalau kamu ke Ubud untuk mencari secercah inspirasi atau justru ingin menguji kemampuan bahasa Inggris-mu tanpa harus menginap, kamu bisa datang ke acara-acara yang diselenggarakan oleh berbagai co-working space seperti Hubud, Outpost, atau Hustlers Villa. Yang terakhir, punya kegiatan setiap Minggu pukul 10.00-13.00WITA bertajuk Creative Speaking (gratis) + Business Brunch (berbayar 100,000IDR all you can eat masakan Indonesia yang sumpah enak!). Di sini kamu bisa mendengarkan cerita-cerita dari para digital nomad atau traveler yang singgah ke Ubud, dan juga membagikan kisahmu. Seru banget, you’ll never know what kind of people you meet here!
Spot foto paling kece
Image credit: @hzspirit |
I hate this subject actually. Bukan hanya karena saya pribadi tidak terlalu senang berfoto (secukupnya saja), tapi juga karena beberapa spot foto di Ubud itu berbayar. Oke – warga lokal membutuhkan biaya untuk perawatan tempat, tapi terkadang saya berpikir bahwa ini adalah scamming terselubung. Sebagai contoh, kalau kamu mau foto sambil main ayunan di Tegalalang, setidaknya kamu harus membayar 100,000IDR. Atau di beberapa ‘sangkar burung’ yang berada di Air Terjun Tegenungan, kalau tidak salah dikenakan biaya 10,000-20,000IDR. Worthy atau tidak-nya kembali ke kamu.
But, no worries! Pura Saraswati dengan kolam teratai, Campuhan dengan dua pohon kelapa yang menjulang, jembatan dekat restoran bridges – tersedia hhhratis untukmu berfoto sepuasnya. Sekali lagi saya harus menekankan untuk kamu datang pagi-pagi sekali agar tidak perlu berebut spot dengan wisatawan lain. Ada satu lagi yang menurut saya magnificent: Pura Dalem Ubud di Jalan Raya Ubud, tapi berfotolah pada malam hari. Always captivates me everytime I pass it.
Wah, enggak nyangka ya, ternyata saya cukup tahu tentang Ubud, LOL. Baiklah, sebagian informasi lainnya tentang wisata Ubud akan saya lanjutkan di blog post berikutnya. Stay tune!
Lots of love,
Prima
But, no worries! Pura Saraswati dengan kolam teratai, Campuhan dengan dua pohon kelapa yang menjulang, jembatan dekat restoran bridges – tersedia hhhratis untukmu berfoto sepuasnya. Sekali lagi saya harus menekankan untuk kamu datang pagi-pagi sekali agar tidak perlu berebut spot dengan wisatawan lain. Ada satu lagi yang menurut saya magnificent: Pura Dalem Ubud di Jalan Raya Ubud, tapi berfotolah pada malam hari. Always captivates me everytime I pass it.
Wah, enggak nyangka ya, ternyata saya cukup tahu tentang Ubud, LOL. Baiklah, sebagian informasi lainnya tentang wisata Ubud akan saya lanjutkan di blog post berikutnya. Stay tune!
Lots of love,
Prima
Beberapa kali ke Ubud belom eksplor yang dalem huhu. duh auto pengen liburan ke sana wkwk
ReplyDelete