Tuesday, November 21, 2017

My Life After Graduation

Tak terasa baru sebulan sejak saya wisuda. Kenapa saya bilang ‘baru’? Karena sepertinya saya sudah melakukan banyaaaaak hal. And yes, it’s another excuse of why I couldn’t continue my birthday blog post. Hvft.

Here’s the story.

Saya wisuda pada hari Kamis, 19 Oktober 2017. Pada hari itu saya bangun pada pukul 03.00 untuk mencoba make up sendiri – lalu gagal – dan akhirnya ngibrit ke rumah sahabat untuk didandanin (cek IG-nya: Dias Kusumastuti). Karena jam sudah menunjukkan pukul 06.00, saya akhirnya mengenakan hijab sekadarnya dan meminta tante ngebut ke Grha Sabha Permana. Meskipun sebenarnya saya terhitung terlambat, untungnya wisudawan/ti masih boleh registrasi ulang dan memasuki barisan. Tak sampai setengah jam, kami memasuki GSP dengan perasaan berkecamuk. Happy sih, tapi agak sedikit senep teringat berapa banyak uang yang sudah kami ‘investasikan’. Eaaa. 

Prosesi wisuda di universitas tidak memakan waktu lama karena jumlah wisudawan/ti memang dibagi dua gelombang. Wisuda yang pertama sudah dilangsungkan sehari sebelumnya. Sekitar pukul 11.00 saya keluar gedung dan berfoto bersama ayah dan ibu, lalu saya melanjutkan wisuda fakultas bersama mama, adik, nenek, tante, dan roommate saya, mbak Diah. Kok bisa yang datang banyak? Ini adalah salah satu keuntungan punya tante yang berprofesi sebagai dosen, hehe. Well, besides my mom and my dad, of course I dedicated my graduation for my aunt as she has taught me a lot of important lessons and lift me up along the hard times.

Untuk foto, sejak awal saya merencanakan booking fotografer karena malas antri di studio dan takut ayah/mama ada yang iri. Berdasarkan rekomendasi teman (thank you Rika!), saya dikenalin sama Fandi. Alhamdulillah yaaaaa, dia sabar banget, asik diajakin kerja sama, dan ya itu pokoknya sabar. Saya sempat berpikir, ‘kok foto saya sedikit ya’, apalagi setelah tahu ada seorang teman yang fotonya mencapai 500. Busyet itu foto wisuda atau nikahan, haha. Tapi saya sudah puas foto-foto dan yang penting sudah bikin foto di dalam perpustakaan, saksi bisu perjuangan saya mengerjakan tesis dan berbagai kerjaan. Terima kasih UGM untuk perpustakaan yang lumayan nyaman, coba bikin sleeping corner biar makin asik. #yakale
 


Malamnya saya dan adik ngobrol di Tempo Gelato Jakal, terus lanjut ngobrol sama mama sampai kepala saya pusing. Saya baru tidur pukul 03.00 (it means I have been awake for 24 hours!!), jadi ketika mama dan adik pamit ke stasiun pukul 06.00, saya lanjut tidur lagi. Tapi sayangnya saya tidak bisa tidur lama karena harus beres-beres daaan packing. Yup, saya menghadiri Ubud Writers & Readers Festival lagi setelah tahun lalu skip karena ikut konferensi. Saya berangkat sama Akid, Chu, Oscar, dan Gehitto...naik mobil pada hari Sabtu malam. Gila? Iya. Sampai sekarang aja masih suka berasa capeknya, but it was really fun. Boleh kapan-kapan nyobain road trip lagi, misalnya dari Bali ke Aceh. Toh saya tinggal duduk manis karena tidak bisa menyetir mobil, mwahaha.

Tadinya saya ditelepon Bli Gustra untuk jadi moderator di Emerging Voice, ‘pecahan’ UWRF untuk audiens anak muda Indonesia. Saya akan memandu (memanduuu) sesi bersama Leila S. Chudori, Ahmad Fuadi, dan Anita dari Bitread.id (self publishing platform). Selain itu, saya juga akan membantu Akid, yang mengajak saya naik mobil ke Bali, di divisi Book Launch. Ternyata, karena saya sudah – ehem – berpengalaman, saya dipindahtugaskan ke International Writers Liaison. It wasn’t my first time being a liaison, like I told you here and here, but yeah it’s a bit different now.
With some of my writers.
Setelah delapan hari di Bali, saya kembali ke Jogja untuk mendampingi penulis VIP, Simon Winchester, pada Satellite Event yang disponsori US Embassy. Selain mengisi sesi di kampus UNY dan nDalem Natan Kotagede, Simon masih punya waktu tiga hari di Jogja. Ia pun meminta saya mengatur jadwal jalan-jalan karena dia ingin mengajak istrinya, Setsuko, melihat matahari terbit di Candi Borobudur. Cerita tentang UWRF dan Simon akan saya tuliskan nanti ya because there are many things I want to share – seperti biasa, kalau ingat *digetok pembaca*
With Simon Winchester & Setsuko.

Setelah Simon dan Setsuko bertolak ke New York pada hari Senin, 6 November 2017, malamnya saya ke...Jakarta. Byuh, jadwal padat ya Bu. Begitu tiba di Jakarta, saya langsung menuju kantor yang berlokasi di Komplek Hotel Bidakara, Pancoran.....dan full kerja sampai dengan hari Kamis. Yup, ALHAMDULILLAH saya sudah bekerja di sebuah startup yang menjual payroll software. Its products are really new for me, tapi posisi saya tetep sih...mati urip copywriter alias yang bikin tulisan apa aja deh. Sampai sekarang kadang masih bingung, ini sebenarnya kerjaan saya apa soalnya nambah terus. Cumaaa, rezeki si gembel cantik ini, saya kerja sebagai remote worker. LAGI PRIM? Ho oh. I am not sure why people envy me because actually I am so f*ckin’ bored to work by myself and I want to work in a real office.

Kelar koodinasi dengan tim, Sabtu malam saya pergi ke Semarang. Sebelum ke stasiun, saya sempat ke Lotte Avenue, ketemuan dengan anak-anak ‘Pesantren Kilat’ UWRF. Eh, pada perjalanan ke Jakarta kali ini, saya juga mendatangi Grand Indonesia untuk yang pertama kali. Hadeeeh saya bagaikan anak dari kampung yang baru lihat gemerlap ibu kota. #lebay

Ngapain ke Semarang? Hasrat hati pingin main ke Lawang Sewu dan Sam Poo Kong. Apa daya saya cuuuapek dan ketiduran dari sejak nunggu check in hotel, sampai isya’! Kasihan banget si Vega, teman saya yang udah susah-susah mentraktir saya untuk staycation. We’ll have next time, hopefully in Kuala Lumpur!

Fast forward, setelah kembali ke Jogja lalu unpacking dan packing ulang, sekarang saya berada di...Surabaya. Ada nikahan sepupu hari Minggu kemarin, dan ada nikahan sahabat hari Sabtu besok. Buat yang ngebaca post ini, percayalah sebenarnya saya masih lelah teramat sangat. Sampai pakai concealer tebal buat menutupi kantong mata. Kalau duduk kerasa goyang-goyang kayak masih di kereta. TAPI YHA APA DAYA segala rezeki kudu disyukuri. Kalau bukan duit, kesempatan bersilaturrahim pun tetap harus dikejar, apalagi kalau menyangkut yang namanya pernikahan. Maksudnya biar nanti kalau saya nikah, yang datang juga banyak. Emang sudah ada calonnya? Belooom, masih disuruh sama Allah untuk ikhtiar dan tawakkal, heuheu.

Jadi begitulah para pembaca yang budiman. Kisah hidup saya sebulan belakangan diwarnai dengan kesana kemari mencari alamat segenggam berlian. Ada beberapa hal yang belum saya sebutkan disini supaya ada unsur kezutan, but please stay tune because finally you’ll know why I’ve been so lazy in publishing new blog posts. I am writing something else!!! Semoga sudah bisa dirilis bulan depan, dan nanti tolong dibeli ya. Maklum, butuh thai tea buat nyari inspirasi :)))

Sooooo, I’ll see you next month? ;)


Lotsss of love,
Prima 

6 comments:

  1. Hai gembek cantik, semoat ke Semarang? Ya Allah, pengen ketemu. Ah, sudahlah, lekas istirahat, Mbak. Selamat graduation ya. Halah, bahasane campur2 pokoke ya.

    ReplyDelete
  2. aku baca aja langsung ikutan capek mbak... capek bayangin kayak apa capeknya mbak prim. halah.

    ReplyDelete
  3. Oh my goodness, foto-foto dgn Simon Winchester pula... yg nulis the surgeon of crowthorne itu ya?

    ReplyDelete
  4. padet banget ya mbak. but i proud of you. seneng akutu kenal sama mbak Prima yang semangat banget gini, semacam memotivasi. btw, ingin jumpa lagi biar dapet "petuah-petuah". <3

    ReplyDelete
  5. Penasaran neh unsur kezutannya apa ya..
    Ahahaha
    Selamat mbak prim, alhamdulillah udah selesai S2. Semoga cita-cita yang lainnya cepat terkabul juga, ya.

    ReplyDelete
  6. Wah selamat atas wisudanya, lulusan UGM? Kereeeen

    Tyas penulis di http://hatidanpikiranjernih.blogspot.com

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...