Tuesday, October 10, 2017

#29 (Part One)

Tiga minggu terakhir ini adalah salah satu masa paling ‘penuh’ bagi saya dalam tahun ini. Ada masa dimana saya merasa gagal dalam semua yang saya kerjakan, kemudian hal itu berbalik menjadi keberuntungan, lalu berbalik lagi menjadi semakin buruk. Saya memang masih berada dalam situasi yang penuh ketidakpastian saat ini, namun begitu perlahan saya merasa lebih kuat. Mengapa bisa demikian? Saya akan ceritakan di post terpisah.

Last three weeks were one of the most intense weeks for me in this year. There were some moments when I feel failed in everything that I do, then I got my luck, but then it gets worse. At this second I still feel ‘trapped’ in a situation full of uncertainty, but slowly I get stronger. How? I will share it in the separated post.

Minggu lalu mungkin merupakan puncaknya, saya mendapatkan tiga pelajaran sekaligus. Di satu sisi, hal-hal tersebut menampar saya...karena saya menjadi sadar betapa selama ini saya telah meragukan kebesaran-Nya. Di sisi lain, saya seperti diingatkan kembali bahwa memang sudah sepatutnya saya tidak bergantung kepada makhluk – yang tidak memiliki daya dan upaya apapun untuk menjadi tempat saya bernaung.

Last week might be the peak, as I got three important lessons. In one side, those accidents slapped me...because I finally realized that I have been doubt His greatness along these times. In other side, I got reminded that we are supposed to not depending on creature – who doesn’t have strength or power to be my shelter. 


Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, saya ‘baru tahu’ bahwa melamar pekerjaan untuk S2 tidak semudah yang saya harapkan. Saya punya harapan besar untuk terikat dengan perusahaan mapan selama setidaknya tiga tahun. Pada satu titik, saya mulai memahami kekhawatiran kedua orangtua saya – bahwa sebenarnya mereka hanya ingin saya bahagia.

As I have said before, I ‘just knew’ that Master degree doesn’t make job applications easier. I have a big hope to work in an established company and stick out for at least three years. In one point, I started to understand my parent’s worry – as they actually want me to be happy.


Nah, perjalanan saya menggapai harapan itu – dan ekspektasi orangtua saya – tentu saja tak sepenuhnya lancar.  Tapi, ada beberapa kejadian yang membuat saya merasa merasa pintu-pintu yang tadinya terkunci mulai terbuka. Saya bahkan menangis saat sedang naik Gojek karena tak menyangka mukjizat-Nya terasa sudah sangat dekat.

Well, of course the journey in reaching my hope – and my parent’s expectation – isn’t totally smooth. However, there were some events that convinced me that the locked doors started to open one by one. I even cried when I rode the motorcycle taxi because I couldn’t believe that His miracle had been so close to me.

Sayangnya, saya belum bisa memberikan kabar baik itu sekarang :p Sementara saya masih terus berdoa agar apa yang saya perjuangkan ini akan menjadi nyata dalam waktu dekat, inilah tiga pelajaran yang ‘memaksa’ saya untuk melangkah maju. 

Unfortunately, I can’t reveal any good news new :p While I am still praying so that the progress will be real in no time, these are three lessons that ‘force’ me to move forward.
 

1. Semua Manusia Pasti Punya Kesalahan (Everyone Makes Mistakes)
Saya senang mengamati, dan saya ‘senang’ belajar dari kesalahan orang lain karena saya berharap saya tidak perlu mengulangi kesalahan yang sama. Bagaimanapun, sepanjang hidup saya, saya melihat bahwa orang-orang hanya bisa bertransformasi menjadi diri yang lebih baik, saat mereka berani mengakui bahwa mereka salah.

I like doing some observation, and I ‘like’ learning from other people’ mistakes so that I don’t need to repeat the same mistakes over again. However, all of my life, I saw people who have successfully transformed into a better person, it was because they admit that they have done some mistakes.  

Suatu waktu saya menulis caption di akun media sosial tempat saya bekerja: "Memenangkan sebuah pertandingan itu biasa, berbangga diri saat menang juga biasa. Tapi, bagaimana kita menghadapi kekalahan, itulah yang menunjukkan karakter diri kita sesungguhnya."

One time I wrote a caption at my company’ social media account: "Winning a match is common, being proud of getting that triumph is also common. But, how we face the defeat, that shows our real characters."

Saya menemukan orang-orang yang ‘berkubang’ dalam penolakannya terhadap kenyataan, dan bersikeras bahwa tidak ada yang perlu diperbaiki dari dirinya, terpaksa berada dalam situasi buruk itu terus-menerus.

I found that people who deny the reality, and insist that there is nothing that needs to be fixed from him/her, have to stay in that bad condition constantly.

Sebaliknya, saya melihat orang-orang rendah hati yang mau mengakui kesalahannya dan meminta maaf – kepada dirinya sendiri, kepada orang-orang yang ia sakiti, dan kepada orang-orang yang peduli – akan segera menemukan jalan naik.

In contrary, I saw humble people who want to confess his/her mistakes and apologize – to him/herself, to people whom he/she hurt, and to people who care about him/her – will soon discover a way up.

Saya tidak mau menjadi orang egois yang merasa bahwa diri saya paling benar. Saya ingin orang-orang merasa nyaman berada di dekat saya karena tahu bahwa saya hanyalah manusia biasa. Dan manusia biasa itu mengenali kekurangannya dan menghargai kelebihan orang lain.

I don’t want to be a selfish person who thinks that I am the most righteous person in this world. I want people to feel comfort being with me because I am just a human. And a human knows his/her weaknesses and honor people’ strength.

Bahkan dalam Qur’an, tercantum ayat tentang larangan menjadi manusia sombong. Karena ketika seseorang dibutakan oleh kebesaran dirinya, dia akan sulit menerima kebenaran.

Even in Qur’an, it is mentioned some verses about prohibition of being an arrogant person. As when someone is blinded by his/her self, it will be difficult for him/her to see the truth. 

"Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung." (Q.S. Al-Isra' (17): 37)
   
"And do not walk upon the earth exultantly. Indeed, you will never tear the earth [apart], and you will never reach the mountains in height." (Q.S. Al-Isra' (17): 37) 

Jadi, kalau saat ini kamu merasa sedang terjebak dalam ‘kesialan’ yang tampak tak berujung, coba tanyakan kepada dirimu, apakah kamu pernah merasa terlalu tinggi dalam memandang orang lain?

So, if you are feeling stuck in endless bad luck, ask yourself, have you ever disrespect somebody?

Minta maaf-lah, bisa jadi dia memegang kunci kemajuanmu.

Ask for forgiveness, because he/she might holding your key.

- Bersambung [to be continued]-

1 comment:

  1. Easily Boost Your ClickBank Traffic And Commissions

    Bannerizer makes it easy for you to promote ClickBank products using banners, simply visit Bannerizer, and grab the banner codes for your picked ClickBank products or use the Universal ClickBank Banner Rotator to promote all of the available ClickBank products.

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...