Laman

Thursday, December 29, 2016

Liburan Akhir Tahun di Bali? Pertimbangkan Ulang Kalau Mau ke Bali Zoo

 
Alkisah saya mau kasih judul “engga usah ke Bali Zoo daripada buang-buang uang” tapi kok terlalu provokatif ya. Lagipula pada dasarnya saya tetap menikmati Bali Zoo kok. Cuma.....begini ceritanya. 

Hari Jum’at tanggal 25 November, penerbangan saya dari Bali ke Yogyakarta dijadwalkan pukul 18.00, jadi saya masih punya waktu untuk mengunjungi satu tempat di pagi hari. Tadinya saya pingin kerja di Little Talks Ubud, punya Kak Erma dan Bli Gustra. Tapi yaaa, masa Ubud lagi, Ubud lagi. No I will not feel bored to visit Ubud for million times, masalahnya agak bingung kalau ngojek ke Ubud itu lumayan jauh ye kan. Galau antara mau kemana, masa udah sampai Bali engga kemana-mana (((engga kemana-mana))). Malamnya saya browsing dan tanya ke teman-teman orang Bali tentang Bali Safari Marine Park. Saya juga sempat mempertimbangkan Bali Bird Park tapi kok kayaknya isinya cuma burung (oh ya, ada reptil juga), sementara saya sendiri memang suka banget mengunjungi kebun binatang #guiltypleasure  

Kebanyakan teman bilang mendingan ke Bali Safari, hanya saja masalah berikutnya ada di keterbatasan waktu. Takutnya keasyikan di Bali Safari terus lupa pulang, hehehe. Kemudian saya melihat di Twitter Bali Zoo lagi ada promo mahasiswa/pelajar Rp 98ribu untuk berdua, wow murah anet. Saya telepon ke Customer Service untuk menanyakan apa harus mahasiswa/pelajar Bali, katanya sih engga, mahasiswa mana aja boleh. Ternyata saya lihat lagi belakangan, sudah ada tulisannya hanya berlaku untuk mahasiswa/pelajar Bali. Sayangnya adik saya yang sedang kuliah di Politeknik STAN Denpasar engga bisa pergi karena ada kelas (“dik, mbok bolos aja... mosok tega kamu sama mbakmu...”). Alhamdulillah Andina Titra, salah satu penulis Trivia yang juga tim saya, sedang luang. Jadilah saya ngajakin dia, sekalian berkenalan lebih jauh dan mengevaluasi pekerjaan kami #ujungujungnyakerja

Sebelum masuk ke pengalaman saya, dibawah ini saya sadur beberapa review dari para blogger yang sudah pernah ke Bali Zoo. 

We loved Bali Zoo so much and would recommend this place to be listed on your Bali with Kids itinerary. – Tesyas Blog [November, 2012]

Di Bali Zoo, kita akan disuguhi beragam hewan yang sebetulnya sama saja dengan Kebun Binatang Ragunan atau Kebun Binatang Bandung. – The Alvianto [Mei, 2015] 

Kalo dari kami sih, untuk yang budgetnya terbatas, boleh lah ke Bali Zoo tapi bawa lunch sendiri aja. Itu kan areanya ga gitu besar, jadi bisa keluar dulu, makan di mobil terus masuk lagi kalo mau — walaupun kyy sih setengah hari juga udah selesai. – Smell Like Home [Maret, 2016]

Ada kesamaan dari ketiga blogger diatas, yaitu semuanya ibu-ibu beranak, yang mungkin review-nya itu sangat bergantung pada pengalaman anak-anak mereka. Sementara saya, jangankan anak, partner beranak aja belum ada. Terpaksa deh ngajak coworker. Hadeh, miris amat yak. *lalu pelukan sama Andin*

Kedatangan di Bali Zoo
Pagi itu saya janjian sama Andin untuk ketemuan sekitar jam09.30-10.00. Berdasarkan review, saya memperkirakan pengunjung hanya membutuhkan 2-3 jam untuk mengelilingi Bali Zoo. Saya berangkat naik gojek, karena tidak terlalu jauh dari tempat menginap saya di Sanur. Driver Gojeknya menawari untuk menjemput saya lagi (karena bakal susah buat nyari Gojek disitu), tapi saya pikir saya bisa nebeng sama Andin ke arah kota jadi saya ucapkan terima kasih dan beliau kembali mencari mangsa penumpang.
Saya tiba lebih awal dari Andin, mencoba menyodorkan KTM yang ditolak, karena promonya hanya berlaku untuk mahasiswa Bali. Dasar engga tahu malu, saya jawab, “oke mbak, tunggu teman saya, dia kuliah di Udayana kok.” Dekat loket tiket, ada tangga yang sedianya menuju WANA Restaurant, yang view-nya..... singa hidup. Tapi singanya itu lagi tiduran manja gitu, jadi kayak boneka. IH LUCU ANET. Menurut ngana, kalau kita yang jadi menu makanan si singa, udah engga lucu lagi kali.
Lima belas menit-an kemudian, Andin datang dan taraaa, kami bisa masuk dengan harga promo yaitu Rp 98ribu untuk berdua. Dari loket, kami melewati kura-kura, berang-berang, dan meerkat. Di depan meerkat, ada petugas dari Bali Zoo yang menawarkan untuk berfoto dengan burung macaw. Aduh saya udah berkali-kali berfoto sama burung macaw (gayaaa), jadi saya skip. Setelah melewati photo booth dan restoran (Elephant View Restaurant), kami memasuki gerbang utama Bali Zoo. Welcome to Bali Zoo.

Variasi Hewan di Bali Zoo
Ketika masuk Bali Zoo, kami disambut oleh kasuari. Belok mengikuti jalan, eh kok ada kasuari lagi. Saya sempat deg-deg-an, apalagi buklet Visitor’s Guide-nya kecil banget, jangan-jangan Gembira Loka lebih besar dari Bali Zoo nih. And then, ada buaya, buaya, buaya, dan kura-kura (lagi). Lalu, tiba-tiba saja, deretan hewan primata berteriak bersahut-sahutan, kayak menyambut para tamu gitu. Saya dan beberapa turis dari Australia pun sumringah (sambil menutup kuping). Seru sih, rame banget kayak lagi ngegosip.
Selanjutnya ada wallaby yang lagi sarapan dan engga mempedulikan para pengunjung. Merak yang sedang berada diatas dahan pohon yang tinggi – walah, saya baru tahu kalau merak bisa loncat setinggi itu... merak engga bisa terbang kan????? Lalu ada beruang-beruang yang sedang tidur pulas. Aduh ini masa yang lagi bangun cuma golongan primata?
Selanjutnya, kami memasuki rumah burung, yang menurut saya hanya seluas yang di Eco Green Park (waktu saya kesana tahun 2013). Kami pun ditawari untuk memberi makan burung (apa ya, lupa) dengan membayar 20ribu. Masalahnya burungnya itu hanya sedikit, kami sampai harus memicingkan mata untuk mencari...dimana burungnya?
Untunglah sesudah keluar dari rumah burung, kami disambut keluarga kakaktua yang cantik banget. Disini ada turis Australia yang cerita kalau Bali Zoo ini ukurannya cuilik pwol dibanding kebun binatang manapun yang sudah pernah ia kunjungi. Saya manggut-manggut aja soalnya kan belum sampai di akhir (dan saya belum pernah ke Australia).
Namun begitu, saya sangat terhibur karena sesudahnya, kami ketemu Molly The Elephant yang imuuuuut kayak saya. Secara saya ini memang anak hutan (halah), saya langsung pingin peluk Molly. Tapi gimana cara, yang ada saya bisa diinjak sampai gepeng kali. Oh ya, pengunjung juga bisa memberi makan Molly, dengan membeli makanan seharga 60ribu. Pas saya lihat isi keranjangnya, ya Allah, 60ribu seharusnya bisa buat beli pisang satu tandan – tapi siapa juga yang mau bawa pisang berat-berat ke Bali Zoo? Untung ada turis bule yang beli dan ketika si Molly ‘berterimakasih’ sambil menjulurkan lidah, kami sontak berteriak “awwwww, so sweet.”
Sesudah Molly masih ada petting zoo, jadi pengunjung yang membeli makanan seharga 25ribu bisa masuk ke taman khusus dan berinteraksi dengan rusa, kangguru, kelinci, dan lain-lain. Saya skip juga soalnya...di Batu Secret Zoo cuma 10ribu udah bisa naik kereta, ngasih makan, dan menyentuh lebih banyak hewan.
Lalu ada animal clinic & nursery dimana pengunjung bisa melihat hewan yang mungkin sedang dalam masa pengobatan. Sayang sekali kami tidak sempat menonton bayi harimau yang baru saja lahir beberapa waktu lalu. Tapi kami ngobrol sama ibu-ibu yang nyiapin makanan untuk hewan. They said they work all day long supaya makanannya tetap fresh. Ada berkilo-kilo pisang, pepaya, daging ayam. Terus saya tanya dong, “Bu, itu harus dipotongin?” HAHAHAHAHA, bodoh amat prim, secara jawabannya, “iya mbak, ini buat hewan yang kecil-kecil, sudah disesuaikan dengan paruh mereka.”
Di dekat sini, ada Gibbons Island – kalau engga salah sih, ini siamang yang suaranya juga memekakkan telinga. Terus ada Jacky orangutan yang guede banget. Terakhir, ada harimau Bengali yang mondar-mandir di kandangnya. Kalau mau juga bisa kasih makan, tapi saya udah engga berani nanya berapa harga makanannya, buat gajah aja 60ribu.

 
 
 
 
 
 
 
 



The Exotica Wildlife Presentation
Apalah arti kebun binatang tanpa pertunjukan binatang. Another guilty pleasure for me too, habis gimana lucu-lucu sih. Ada berang-berang, kakaktua, elang jawa (atau apa ya, burung gede-gede karnivora gitu). Tapi tenang, saya sangat menolak pertunjukan lumba-lumba, dan saya pun masih mempelajari lebih lanjut tentang hal ini. Saya segera bilang ke Andin, “ntar aku mau jadi volunteer pas ngasih makan burung, fotoin ya.” Ternyata, mbak MC-nya pilih kasih!!! Dia sengaja pilih bule doang, sampai bule yang duduk sebelah saya kasihan banget dan mengalah ke saya karena saya begitu semangat menawarkan diri. Terus saya bilang lagi ke Andin, “aduh susah sih, mungkin dikira orang Indonesia engga mampu beli foto (dari fotografer Bali Zoo).” Akhirnya saya dapat kesempatan di akhir soalnya udah engga ada yang mau maju lagi. Mbak MC-nya ngomong gini nih, “yaudah deh, mbak aja.” -___- Saya sampai penasaran sama hasil fotonya yang dihargai Rp 130ribu, dan ternyata.....saya cuma difoto satu kali, blur pula. Talking about being Indonesian visiting tourism destination in Indonesia, can’t believe it. Saya sampai curhat ke bule yang duduk di sebelah saya. Sayang bulenya cewek. #lah

Kesimpulan
I was so surprised to know hanya butuh kurang dari 3 jam untuk menamatkan Bali Zoo, sudah termasuk menonton pertunjukan hewan. Jadi kami pun iseng ‘tawaf’ sekali lagi, foto-foto sama Molly lagi, dan berjalan lebih pelan. Siapa tahu ada bule ganteng hewan yang terlewat. Jadi intinya, kayaknya hewan di Bali Zoo itu kurang dari 300 ekor (siapa juga yang mau menghitung?). Oh ya, di Bali Zoo ada kolam renang juga (Miniapolis Jungle Waterplay) tapi ukurannya mini. Ukuran anak-anak rasanya, mungkin next time bisa saya coba kalau sudah punya anak. *kedip genit ke mas Pangeran Dubai Super KW* 


So, the conclusion is, kamu boleh kesini kalau: 1) punya waktu yang cukup terbatas dan bingung mau kemana lagi; 2) lagi ada promo; 3) lagi banyak duit jadi bisa ngasih makan hewan-hewan; hmmm, apa lagi ya. Saya sih engga pingin kesini lagi, terutama karena saya masih penasaran sama Bali Safari Marine Park.

Last but not least, super thanks to Andina buat tebengannya (saya diantar sampai rumah plus mampir belanja di Pasar Sukawati, hihi). Can’t wait for our next adventure in Bali soon!

Lots of love,
Prima
UPDATED NEWS! Waktu saya kesana, Kampung Sumatra masih under construction. Katanya sih ada kolam renang ukuran Olimpiade, tapi bukan buat manusia, melainkan buat gajah. Yes, you can ride elephant but don’t ask me how much. Kampung Sumatra baru buka natal kemarin.

7 comments:

  1. hii.. salam kenal, gw Ica..

    gw juga cuma sekalinya2 kesini.. itu juga 4tahun yg lalu, abis itu gak mau lagi.. dan kalo ada orang yg tanya itin di Bali.. gak pernah gw kasih rekomen klo ke Safari Marine.

    ngapain jauh2 ke Bali, mending ke Puncak deh..

    :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Kak Ica :))

      Wah kalau sekarang aja udah ga begitu bagus, jaman 4 tahun lalu kayak apa.. ckckck.
      Aku kan dari Jawa Timur dan sekarang domisili di Jogja, jadi lebih deket ke Bali sih. Cuma aku lebih merekomendasikan Batu Secret Zoo (kalau mau ke Malang), jauh lebih gede dengan harga yang lebih hemat. Hehe.

      Delete
  2. Kok kaya lebih menarik gembira loka yah?

    ReplyDelete
  3. Tapi kenapa Tulus bisa peluk Molly???????
    #pertanyaanpenting

    ReplyDelete
  4. penasaran sama Batu Secret zoo deh kayaknya dibandingkan Bali Zoo, Uppss salah subjek ya....... aniwei mba Prim wong malang toh mau dong di guidein klo ke Malang someday :)

    ReplyDelete
  5. bali zoo emang keren dan g ngecewain e.
    pertama ke sini pas SD .sampai skrg belum ke sana lagi. wkwkw. banyak berubah ya :D

    salam kenal mba :) monggo biar akrab. main blog sy ya :D hehe

    ReplyDelete
  6. Hahaha jadi kalau buat para single enggak rekomen ya tempat ini. Coba deh aku nanti ke Bali bulan April kesana lagi. Itu sekarang udah ada waterparknya ya, kedua Kiddos pasti suka tuh.

    Aku belum juga ke Bali Safari abis tiketnya mahal, nah makanya lebih milih Bali Zoo.

    ReplyDelete