Thursday, June 25, 2015

Hadits untuk Ibu (4)

“Didiklah anak-anakmu dengan tiga perkara: mencintai nabimu, mencintai keluarga nabi dan membaca Al-Qur'an.” (HR. Ath-Thabrani)

Sister yang sudah menyimak hadits sejak senin kemarin, pada merhatiin daftar pustaka ga nih? Saya menyengajakan baca buku ini karena ingin membagikan pelajarannya kepada sister. Semoga pahala dilimpahkan kepada bapak penulis, amiiin insyaAllah.

Sebelum memasuki pelajarannya – cieh – saya mau share sedikit pengalaman nih. Beberapa hari yang lalu, saya pergi ke mall dan disana sedang ada event kompetisi menyanyi untuk anak-anak. Duileh kecil-kecil nyanyinya pada lagu orang gede; bahkan ada anak hampir remaja yang nyanyi lagu Cinta Sejati-nya BCL! Di waktu yang sama, ada satu keluarga yang lewat disamping panggung. Keluarga biasa: bapak, ibu, anak laki-laki dan anak perempuan. Yang berbeda, ibunya bercadar, dan anak perempuannya berkerudung lebar. Tebak siapa yang jadi pusat perhatian? Yes, keluarga biasa tersebut.

Saya tahu, diluar sana, mulai banyak orang tua yang bangga jika anaknya bisa jadi hafidz. Alhamdulillah, allahu akbar. Tapi saya juga tahu, hal itu masih sangat kecil presentasenya dibandingkan ibu yang dandanin anaknya dengan rok mini dan sepatu berhak tinggi warna pink, lengkap dengan lipstik merah tebal dan bulu mata palsu. HELLO?! Sedihnya, saya juga mengalami masa kecil seperti itu, sister. Untung kemudian saya masuk SD islam dan saya mulai malu kalau mengenakan backless dress (ya Allah, kecil-kecil udah seksi bener, prim?).

Silahkan mempertimbangkan bagaimana kita akan mendidik anak kita, tapi satu pelajaran ini, insyaAllah akan tetap berguna – because it's never too early to introduce our kids to his/her Creator.

Jadi, menurut buku ini, janin dalam kandungan sudah bisa diajarkan untuk menyimak Al-Qur'an sejak berumur 18 minggu atau memasuki bulan kelima. Metode mengajarkan Al-Qur'an ini ternyata bisa mempererat hubungan suami-istri juga, karena peran ayah sangat dibutuhkan.

Begini caranya:
a. Ibu duduk atau tidur dalam posisi yang enak.
b. Temukan posisi kepala bayi di kandungan ibunya.
c. Ayah atau ibu memulai dengan mengucapkan salam dan mengatakan, “nak, ayo belajar”.
d. Mengawali dengan menyebut “Allah” dan “Muhammad”, sebanyak tiga kali, diulang beberapa kai dalam sehari.
e. Perlahan-lahan ditingkatkan dengan membacakan Al-Fatihah, surat-surat pendek seperti Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas, dan lain-lain. Ayah juga bisa menambah dengan sering-sering melantunkan adzan dan iqomah; serta kalimat thoyyibah (subhanallah, alhamdulillah, allahu akbar, dan seterusnya).
f. Kedua orang tua juga dianjurkan melafalkan doa sehari-hari dengan jelas, seperti doa sebelum dan sesudah makan, doa untuk orang tua, dan sebagainya.
g. Ibu dan ayah bisa bergantian membaca Al-Qur'an, terutama pada waktu-waktu sebelum ibu tidur.

Ketika anak lahir, langkah-langkah diatas bisa diaplikasikan juga, sedangkan (g) bisa dilakukan untuk menina-bobokkan si anak. MasyaAllah, indahnya sebuah rumah dimana lantunan Al-Qur'an selalu menghiasi.

Jadi, siapa yang mau memberikan pendidikan Al-Qur'an untuk calon debay mulai hari ini? ;)

For all the great parents (or to-be),
Prima

Daftar Pustaka
A.Y., Mustofa. 2002. Panduan Mengajar Bayi Anda Membaca Al-Qur'an Sejak dalam Kandungan. Ambarawa: PGTQA

Wednesday, June 24, 2015

Hadits untuk Ibu (3)

“Sesungguhnya seseorang diangkat derajatnya di surga. Kemudian orang itu bertanya, 'Wahai Rabbku, dari manakah semua ini?' Allah berfirman, 'Berkat permohonan ampun (istighfar) anak-mu untukmu.'” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Baihaqi)

Buat saya, hadits ini so sweet banget.. Setiap dari kita pasti paham bahwa apapun yang kita lakukan untuk membahagiakan orang tua kita, tidak akan pernah bisa membalas yang telah mereka lakukan untuk kita. Maka dari itu, kesempatan 'terakhir' kita untuk menunjukkan bakti kepada orang tua adalah berusaha untuk 'menyelamatkan' mereka di akhirat nanti. Caranya? Yang laki-laki jadilah imam keluarga yang bersungguh-sungguh, yang perempuan jadilah istri sholehah. InsyaAllah hal tersebut bisa memudahkan surga untuk kedua orang tua kita.

Sebaliknya, sebagai calon orang tua, hadits diatas menjadi jawaban mengapa 'berinvestasi' pada pendidikan agama anak kita sebaiknya dilakukan sesegera mungkin. Saya juga pernah dengar hadits tentang seorang anak yang menarik orangtuanya ke neraka, karena semasa hidup, orang tua tersebut tidak pernah memberikan pendidikan agama kepada si anak. Naudzubillah.

So, pilihan ada di tangan sister dan suami sekarang. Saya haqqul yakin, sister pasti ingin memiliki anak-anak yang sholeh/sholehah; yang pandai mendoakan orangtuanya, dan menjadi penyejuk hati – di dunia dan di akhirat. Semoga, Allah memberi kekuatan untuk mendidik mereka :)

For all the great parents (or to-be),
Prima

Daftar Pustaka

A.Y., Mustofa. 2002. Panduan Mengajar Bayi Anda Membaca Al-Qur'an Sejak dalam Kandungan. Ambarawa: PGTQA

Tuesday, June 23, 2015

Hadits untuk Ibu (2)

“Demi Zat yang jiwaku dalam genggaman-Nya, bahwa sesungguhnya anak yang mati karena keguguran itu akan menarik ibunya masuk ke dalam surga dengan tali pusarnya, apabila ibunya pasrah (kepada Allah).” (HR Ibnu Majah dan Ahmad)

Melanjutkan bahasan kemarin, saya tahu ada beberapa kawan saya yang mendapatkan ujian ini. Bahkan ibu saya juga pernah mengalaminya, tapi alhamdulillah sesudah kejadian itu, saya diberi rezeki - tidak hanya satu atau dua, tapi tiga orang adik yang lucu-lucu. Ada yang udah punya pacar pula, kakaknya kapan yak. #eaaa

Saya pernah mendengar beberapa cerita tentang kisah keguguran, yang katanya-katanya gitu deh. Wallahu a'lam, kebenaran hanya milik Allah semata. Satu yang saya yakini, sebenarnya kita tidak pernah memiliki apa-apa kok, bahkan anak yang kita pikir milik kita pun, bukankan sebenarnya mereka adalah titipan Allah? Jadi kalau titipannya itu diambil lagi, ada dua kemungkinan: menurut Allah kita belum siap untuk dititipi, atau menurut Allah kita pantas mendapat titipan yang lebih baik. Kita termasuk yang mana? Entahlah, tetapi tawakkal dan memperbaiki ibadah (berdua, suami dan istri) insyaAllah adalah usaha yang lebih baik daripada mengutuk keadaan :)

Hugs,
Prima

Daftar Pustaka
A.Y., Mustofa. 2002. Panduan Mengajar Bayi Anda Membaca Al-Qur'an Sejak dalam Kandungan. Ambarawa: PGTQA

Catatan: ketika saya menulis blog post ini, saya sendiri merasa sedih dan sakit... Tapi saya tidak akan berbohong, dengan mengatakan bahwa saya bisa merasakannya karena memang tidak pernah (semoga pun tidak akan pernah). I know it is easier said than done, all I can do is just pray semoga Allah memberi sister kesabaran dan menggantikannya dengan yang lebih baik :)

Monday, June 22, 2015

Hadits untuk Ibu (1)

“Sesungguhnya bagi wanita yang mengandung hingga melahirkan dan menyapih, ada pahala, seperti halnya orang terdampar fi sabilillah. Apabila ia mati pada masa diantara itu, maka baginya pahala orang yang mati syahid.” (HR. Ibnu Hajar)

Assalamu'alaikum sister, gimana puasa di hari-hari pertama?
InsyaAllah lancar jaya dong, kan 'tangki' semangat masih penuh. Semoga semangatnya penuh terus sampai hari terakhir ya, amiiin.

Anyway, di lingkungan terdekat saya, kayaknya lagi 'nge-tren' tunangan-menikah-hamil-melahirkan. Alhamdulillah, senang mendengarnya, semoga barokah ya teman-teman.. Niatkan untuk ibadah, mencari ridho Allah, agar ikhlas dengan segala konsekuensinya, baik yang enak maupun yang agak ngerepotin. Hihi.

Untuk menambah semangat sister, terutama yang sedang berjuang dalam membesarkan calon-calon mujahid dan mujahidah, minggu ini saya akan bahas beberapa hadits yang berhubungan dengan ibu dan anak. Harapan saya, semoga bisa menginspirasi sister untuk mempersiapkan pendidikan dan pelatihan agama sejak dini, bahkan sejak dalam masa kandungan.

Let me start with the hadits above. MasyaAllah, how lucky you all who have the chance to be a mother. Kalau dulu para sahabat harus meregang nyawa di kancah peperangan, sister bisa mendapatkan pahala yang setara 'hanya' dengan mengandung, melahirkan, menyusui, dan menyapih. Betapa luar biasanya keistimewaan yang Allah berikan.

Meski demikian, saya tahu ada banyak sekali sister yang merasa kurang sempurna karena mungkin saat ini belum berhasil menyusui anaknya. Berbesar hatilah, Allah tidak akan memberikan sesuatu tanpa penawar. Tetap tenang dan bersabar, karena saya pernah dengar, semakin sister ngerasa stres, malah semakin sulit untuk menyusui. Seriously, saya pernah mengunjungi teman mama yang berprofesi sebagai bidan, dan beliau sedang menenangkan pasiennya yang tidak bisa menyusui saking stres-nya. Relax and positive thinking while keep doing what you have to do, such as minum suplemen, dan lain-lain (saya ga tahu apa lagi yang bisa dilakukan, anyone?).

Seorang ibu tetaplah seorang ibu; meski barangkali ia tidak diizinkan oleh Allah untuk menyusui, atau bahkan ketika ia tidak diberi kesempatan untuk melahirkan atau membesarkan anaknya. Tetaplah berprasangka baik kepada Allah, karena despite every obstacles that you are facing, remember that this blog post is written by a single woman #lhah #MaksudNganaPrim #MaksudnyaMenghibur :)))

For every great mother (and to-be),
Prima

Daftar Pustaka
A.Y., Mustofa. 2002. Panduan Mengajar Bayi Anda Membaca Al-Qur'an Sejak dalam Kandungan. Ambarawa: PGTQA

Sunday, June 21, 2015

Yang Sedang-sedang Saja

"Laksanakan ibadah sesuai kemampuanmu. Jangan membiasakan ibadah lalu meninggalkannya." (HR. Addailami)

Menurut buku, hadits diatas memang diperuntukkan untuk ibadah-ibadah sunnah. Nah, saya punya cerita yang berhubungan dengan hadits diatas nih..

Beberapa teman terdekat saya tahu kalau sejak dua bulan yang lalu, saya mencoba puasa Daud. Awalnya saya pingin agak kurusan gitu, hihihi. Kata tante saya, almarhum om saya turun berat badan sebanyak enam kilo setelah melakukan puasa daud selama empat bulan. I know, I know, such a wrong motivation. Tapi kemudian saya pikir ah, anggap aja latihan puasa Ramadhan. Anggap aja percobaan, toh namanya juga sunnah.

Sebelumnya, saya bertanya pada seorang teman yang saya anggap lebih senior. Gini dialognya:

Saya: mbak, kalau puasa Daud itu sampai berapa lama ya? (berapa hari, atau bulan maksud saya)
Dia: seumur hidup dek.
Saya: what?!

Entah kenapa yang ada di bayangan saya tuh pernikahan, komitmen seumur hidup. Hahahahaha. Tapi berhubung tekad sudah bulat, cus deh mulai di hari senin berikutnya.

Ternyata, bulan pertama lancar sister. Mungkin karena masih semangat, jadi biasa aja, ya kayak puasa biasa gitu lho. Eh, sesudah istirahat karena tanggal merah (yang perempuan tahu dong), it was so hard to start again. Kebetulan saya sempat tidak puasa beberapa hari karena proses penyembuhan pasca operasi gigi geraham, tapi ketika saya mulai lagi di hari senin, ya Allah pingin nangis rasanya hati ini.. Kenapa guweh puasa sementara teman-teman sekelas bisa makan siang bareng ya Allah... Ah elah, lebay deh prim. Tapi sedih. Tapi lebay. Huhuhu.

Sayangnya, kali ini tidak sampai penuh sebulan, saya harus berhenti puasa Daud karena kesehatan menurun. Tanda-tanda tanggal merah lagi nih, dan ketika selesai, tidak sampai seminggu kita memasuki bulan Ramadhan.

I was actually happy to have some classmates who motivate me. Kami saling menyemangati apalagi kalau lagi sama-sama puasa (mereka puasa senin-kamis), tapi benar kata si teman senior itu, 'kalau sekali berhenti bukan karena alasan syar'i, akan sulit mulai lagi..'

Well, lesson learned is... it is totally right to try another method to get closer to Allah. Asal jangan memulainya dengan niat yang salah, dan jangan 'angin-anginan'. Anyway, saya ga turun berat badan kok. Haha. But you know what, sebenarnya puasa Daud mengajarkan saya arti 'cukup' atau 'qona'ah'. Bahkan setelah hari ini saya seharian ga makan, saya biasa aja kok besoknya. Ngemil ya ngemil, makan ya makan. Bukan kemudian 'ah mumpung hari ini waktunya ga puasa, puas-puasin makan nasi sebakul, minum susu segentong' :))) That's why saya jadi benar-benar heran sama koruptor, buat apa coba uangnya? Mungkin mereka harus mencoba puasa Daud supaya merasa 'kenyang' dengan penghasilan resmi mereka.

Lalu, apa saya 'menyesal' telah mencoba puasa Daud? Not at all, saya berdoa semoga puasa Ramadhan membantu saya terbiasa dengan puasa Daud, so saya bisa mulai (puasa Daud) lagi sesegera mungkin, amiiin insyaAllah.

Salam,
Prima

Daftar Pustaka

Almath, Dr. Muhammad Faiz. 2000. 1100 Hadits Terpilih: Sinar Ajaran Muhammad. Jakarta: Gema Insani Press.

Saturday, June 20, 2015

Prinsip

"Janganlah kamu menjadi orang yang 'ikut-ikutan' dengan mengatakan kalau orang lain berbuat kebaikan, kami pun akan berbuat baik dan kalau mereka berbuat zalim kami pun akan berbuat zalim. Tetapi teguhkanlah dirimu dengan berprinsip, kalau orang lain berbuat kebaikan kami berbuat kebaikan  pula dan kalau orang lain berbuat kejahatan kami tidak akan melakukannya." (HR. Attirmidzi)

Jaman sekarang ini, makin banyak aja orang yang ga punya prinsip alias hobi ikut-ikutan, terlebih lagi remaja yang masih mencari jati diri. Temannya nge-mall, dia ikut. Temannya traveling, dia ikut. Temannya clubbing, dia ikut. Nah, terus kalau ke penjara dan neraka gimana, mau ikut juga? Naudzubillah.

Beberapa hari yang lalu, saya ngobrol sama teman sekelas karena kami melihat seorang mahasiswi merokok di kantin. Sebenarnya sih kami tidak ingin terlalu menyoroti 'perempuan'-nya, kok kayaknya seksis banget. Masalah merokok adalah perbuatan yang buruk (jelas! Merusak kesehatan diri sendiri dan orang lain) tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin. Dampaknya sama-sama buruk, baik bagi perempuan maupun laki-laki.

But, seeing her, we concluded that some people are trying hard to look cool. Then one of my friend popped up the question, “is smoking cool?”

Kami saling memandangi satu sama lain. Iya juga ya. Daripada merokok, berbagai aktivitas jauh lebih baik. Makan permen karet aja dikabarkan bisa menurunkan berat badan (katanya...). Apalagi aktivitas-aktivitas seperti berolahraga, bercocok tanam, membaca buku, sholat Dhuha; banyak banget deh aktivitas seru untuk menggantikan kebiasaan merokok.

Kembali lagi ke hadits diatas, masalahnya kalau sudah 'ikut-ikutan' ya begitu. Kan karena banyak orang melakukannya, jadi terlihat 'biasa'. Kalau di ilmu sosial namanya norma yang socially accepted, meski ga selalu benar.

Merokok cuma contoh yang sangat kecil. Kalau kita ngobrolin tentang pacaran, perempuan mengenakan baju yang minim, dan hal-hal yang menjurus ke arah maksiat lainnya, lebih banyak lagi. Parahnya, we think it is okay because many people do it.

Tapi, kita patut berbangga hati karena pelan-pelan saudara/i kita berjuang untuk memberantas hal-hal yang buruk. Kutub (apa tuh? Baca disini), ODOJ, dan banyak lagi komunitas yang berusaha mempopulerkan ibadah. Buat saya mereka punya andil untuk mempromosikan bahwa  mendekatkan diri kepada Allah-pun bisa terlihat keren. Dan tidak hanya kelihatannya saja, karena ada misi utama dibalik itu: mengalihkan energi kita yang digunakan untuk memikirkan (dan melakukan) hal-hal buruk menjadi hal-hal baik. Pahala dapat, aktivitas yang berkualitas juga. Sekali mendayung, dua-tiga pulau terlampaui.

So, siapa yang mau belajar untuk punya prinsip diri yang kuat? ;)

Love,
Prima 

Daftar Pustaka
Almath, Dr. Muhammad Faiz. 2000. 1100 Hadits Terpilih: Sinar Ajaran Muhammad. Jakarta: Gema Insani Press.

Friday, June 19, 2015

Survei: Pengaruh Tweet Ustadz Felix Siauw #UdahPutusinAja terhadap Perubahan Persepsi tentang Pacaran pada Followers Remaja

Assalamu'alaikum Wr. Wb, 
Apa kabar puasa hari kedua?

Alhamdulillah puasa kali ini nano-nano rasanya buat saya. Selain jauh dari orang tua, saya juga lagi pusiiiiiiiiiiing karena tugas UAS yang bejibun. Tapi demikianlah tantangan menuntut ilmu, bukan? (bukaaan...)

Anyway, saya sedang menghadapi tugas mata kuliah Metode Penelitian Komunikasi Kuantitatif, dan mengadakan survei bertajuk...lihat judul diatas, hehe. Judul ini sudah saya ajukan sejak sebelum UTS lho, tetapi bukan dosen namanya kalau tidak meminta mahasiswa-nya naik gunung turun lembah sebelum bilang "oke, kamu bisa mulai penelitian." *nangis di pojokan*

Inti dari penelitian saya sebenarnya sederhana aja kok. Saya ingin menjawab pertanyaan simpel, "adakah pasangan muda-mudi yang putus (pacaran) karena (membaca/menyimak) tweet Ustadz Felix Siauw?" insyaAllah ada, saya udah nemuin kasus di lapangan sih, hanya sebagai akademisi (#ehem), hal ini harus bisa di-scientific-kan #halah

So, dengan segala kerendahan hati, mohon waktu dan kesediaan teman-teman untuk mengisi survei disini (klik aja). 

Syaratnya apa aja? Ini dia:

1. Remaja usia 14-20 tahun. Menurut Santrock (2007: 17), minat untuk mengeksplorasi identitas melalui perilaku pacaran terlihat lebih jelas pada usia remaja akhir daripada usia remaja awal.
2. Fokus penelitian ini adalah pengaruh tweet, sehingga peneliti membutuhkan sampel yang memenuhi kriteria dibawah ini:
  • Merupakan followers dari Twitter Ustadz Felix Siauw (@felixsiauw) dan tidak me-like Facebook Fan Page Ustadz Felix Siauw.
  • Belum pernah membaca buku Udah Putusin Aja.
  • Belum pernah mengikuti atau menghadiri kajian Ustadz Felix Siauw secara langsung.
  • Belum pernah menonton video kajian Ustadz Felix Siauw.
  • Pernah atau sedang berpacaran. 
Jawaban teman-teman saya tunggu sampai dengan Minggu, 21 Juni 2015 jam20.00.
Jika ada pertanyaan atau ingin menjelaskan lebih lanjut tentang jawaban teman-teman, silahkan menghubungi saya di primadita1088@gmail.com. Siapa tahu, teman-teman beneran putus karena tweet Ustadz Felix Siauw dan mau sekalian curhat ke saya :)))

Terima kasih banyaaak, semoga amal teman-teman dihitung sebagai pahala oleh Allah, apalagi bulan puasa gini ;)

Lots of love,
Prima

Dibawah ini adalah latar belakang dari proposal penelitian saya.
Monggo dibaca.....kalau lagi luang waktu (aka nganggur) :p

Si Tukang Gosip

"Alangkah baiknya orang-orang yang sibuk meneliti aib diri mereka sendiri dengan tidak mengurusi (membicarakan) aib-aib orang lain." (HR. Adailami)

Biasanya orang yang hobinya ngurusin aib orang lain itu kurang piknik. Kayaknya adaaa aja yang salah sama orang lain, padahal kalau dia bercermin, niscaya dia bukanlah orang yang lebih baik.

Orang Indonesia pasti tahu pepatah: “kuman di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak.” Ya, kadang kita terlalu sibuk mengurusi kekurangan orang lain, sampai lupa kalau mungkin kita sendiri juga memiliki kekurangan tersebut, dan bahkan lebih banyak lagi.

Astaghfirullah.

Nah, beberapa bulan terakhir, karena saya kurang piknik #IyaDeh – saya terjebak dalam suatu perasaan seperti yang digambarkan di hadits diatas. Sayangnya saya terlalu angkuh untuk mengakui kalau saya kurang piknik (sebut aja terus...), dan saya terlalu pengecut untuk meminta maaf. Keadaan ini diperparah dengan keadaan, saya merasa bahwa aibnya pantas untuk 'diteliti'. Tanpa sadar, saya lupa kalau keadaan menjadi terbalik, saya juga tidak mungkin baik-baik saja kalau aib saya diurusi orang lain. Hel-lo, situ oke?

Padahal, tahun lalu saya pernah mengingat-ingat sebuah doa, yang (kalau ga salah) dianjurkan oleh seorang ustadz saat melihat keburukan yang dilakukan oleh orang lain. Doanya begini,
“Ya Allah, ampuni dia dan ampuni aku. Jika dia lupa, maka ingatkanlah. Dan ingatkanlah aku juga Ya Allah, karena barangkali aku tidak lebih baik daripada dia. Tutuplah aibku, dan terimalah tobatku.”

Sulit? Banget.

Tapi kalau dicoba, kita ga pernah tahu. InsyaAllah, Allah memudahkan.

Lots of love,
Prima

Daftar Pustaka
Almath, Dr. Muhammad Faiz. 2000. 1100 Hadits Terpilih: Sinar Ajaran Muhammad. Jakarta: Gema Insani Press.

Thursday, June 18, 2015

Don't Lie

"Barangsiapa tidak dapat meninggalkan ucapan dan perbuatan dusta (waktu berpuasa) maka Allah tidak membutuhkan lapar dan hausnya." (HR. Al Bukhari)

Kalau sister mencanangkan target bahwa tahun ini puasa atau taraweh harus full (kecuali masa tanggal merah); hmmm boleh aja sih, tapi kayaknya kalau udah setua seumur kita gini, ya malu-maluin lah kalau puasa atau taraweh masih bolong, hehehe. Coba targetnya ditambahkan dengan: mengurangi perkataan yang tidak bermanfaat. 
 
Soalnya nih, hadits diatas sempat bikin saya sedih banget, sister. Gimana kalau selama ini puasa kita ga diterima 'hanya' karena kita tetap sering berbohong meski sedang berpuasa... Betapa meruginya kita :(

Saya pernah menuliskan di salah satu blog post (saya lupa yang mana), bahwa semakin bertambah usia kita, harusnya hakikat puasa bukan hanya lapar dan hausnya; melainkan apakah berpuasa itu dapat menjauhkan kita dari perbuatan dan perkataan yang tidak bermanfaat.

Kalau puasa iya, tapi barengan juga dengan nggosip, bohong ke mama, atau ngata-ngatain mbok asisten rumah tangga; ya sama aja seperti STMJ (sholat terus maksiat jalan). Meski, baiknya pun tidak meninggalkan sholat atau puasa karena berpikir bahwa amal ibadahnya tidak akan diterima, tetapi yang kurang-kurang diperbaiki sambil jalan.

InsyaAllah bisa, selamat menunaikan ibadah puasa :)

Salam,
Prima


Daftar Pustaka
Almath, Dr. Muhammad Faiz. 2000. 1100 Hadits Terpilih: Sinar Ajaran Muhammad. Jakarta: Gema Insani Press.

Wednesday, June 17, 2015

The Secret Life of Walter Mitty: Small People Matters


Assalamu'alaikum sister,

Gimana nih persiapan taraweh hari pertama? *brb setrika mukenah kesayangan*

Tahun lalu, ya, Ramadhan tahun lalu, doa saya cuma satu: boleh dong kalau jadi Ramadhan terakhir sebagai single. Eh, ternyata belum diizinin sama Allah. Yaudin doanya diganti deh: single atau tidak, semoga jalanku adalah jalan yang membawaku lebih dekat dengan-Mu, dan apa yang aku kerjakan – bekerja atau sekolah – membawa manfaat untuk ummat. Aminin yah #maksa :)))

Sebelum kita memasuki (insyaAllah) #1Hari1Hadits, saya mau cerita tentang satu film yang menurut  saya bagus banget.. Film lama sih, tahun 2013, judulnya The Secret Life of Walter Mitty. Apa? Udah basi? Yaudah kalau gitu ga jadi aja.. #lol

I left speechless when the movie finished, because I believe the movie relates with a lot of people. Terutama saya, yang kemarin ceritanya lagi bikin paper buat salah satu mata kuliah, dengan tema yang serupa, yaitu “Masa Depan Majalah Gaya Hidup di Indonesia”. Cieh. Keren ga, sister? :p

Pertama, saya rasa rata-rata dari kita tumbuh bersama produk media massa tertentu. Dunia dalam Berita, Si Unyil, Berpacu dalam Melodi, majalah Bobo, lalu Keluarga Cemara, majalah Gadis atau Kawanku, atau siapa yang bacaannya Aneka Yess!?

Terlebih lagi, ketika saya mulai kuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi, saya makin memperhatikan produk-produk media massa. Yah meskipun saya ga ambil peminatan media, dan bahasan ilmu komunikasi itu luas banget.. Tapi tetep aja, I think I know how 'nyesek' to be Walter Mitty. 17 tahun untuk sebuah pekerjaan, dan kemudian dipecat karena what-so-called 'perkembangan teknologi'.

Nah, that's the second point. We can't stop the advancement of life. Hidup kita pastinya bergerak terus, dan siapa yang tidak bisa berinovasi dan mengikuti perkembangan zaman, ya itulah... yang kira-kira akan 'game over'.

Beberapa hari yang lalu, saya ngobrol sama teman sekamar saya. Funny when we are proud to see babies hold mobile phones, while in fact the kids of Bill Gates and Steve Jobs don't even have one. #KatanyaSihGitu #MaapKaloNgasal

Saya pertama kali punya handphone ketika SMA kelas 1, tapi karena saya ogah ribet, saya males bawa kemana-mana. Years goes by, dan saya sempat ngerasain yang namanya ketergantungan sama HP karena pekerjaan saya membuat saya harus selalu online and available for the clients. Baru sejak bulan lalu, saya mencoba mengurangi ketergantungan saya akan HP dengan cara.....tidak membeli paket data! Yes, ekstrim. Jadi agak susah sih kalau mau dihubungi, tapi hidup jadi tenang dan damai :')

Soalnya manusia ini kadang suka kebangetan. Sama HP dan internet aja setengah mati butuhnya, sama ngaji setengah mati.....malesnya -____-

Kembali ke cerita Walter Mitty. Poin ketiga, kadang di lubuk hati yang terdalam, kita punya banyak imajinasi yang luwar biyasak. Saya pingin banget tuh kayak Walter yang bisa 'tiba-tiba' naik pesawat kemanaaa gitu, seru kali yah. Mana tujuannya Greenland dan Iceland pula. Whoaaaaah. Tapi seru juga buat dompet yak, haha.

But the most important thing from the overall story is, always, always, always give your best. Pelajaran dari film ini dalem banget lho, saya awalnya ga bisa ngebayangin ini ceritanya sebenarnya gimana; tapi waktu Walter Mitty ketemu sama Sean O'Connell, baru ooo, bagus banget filosofi filmnya. Ada satu adegan dimana ibunya Walter bilang bahwa Walter – si pegawai rendahan yang kerjaannya 'cuma' meng-afdruk (masih pada inget istilah ini ga sih?) foto hasil karya Sean – berperan sangat besar untuk majalah Life. Dan Sean menghargai setiap pekerjaan Walter, sesuatu yang bikin saya, 'masa siiih ada orang kayak gini di dunia ini?'

Begitulah, kadang kita lupa bahwa karir kita yang cemerlang ga akan se-mentereng ini, kalau ga ada tim sukses, bahkan OB di kantor yang bagian bersihin ruangan dan bikinin kopi di pagi hari... mereka punya andil besar dalam pekerjaan kita. Emang mau bersihin ruangan sendiri? Hayo? Hayo?

So look around, say thanks to those kind of people.
Bersyukurlah karena ada mereka, bersyukurlah karena pekerjaan kita (mungkin) sedikit lebih baik daripada mereka, dan bersyukurlah pada Allah, jika kita diberi kesempatan sekali lagi untuk bertemu dengan Ramadhan. Amin, insyaAllah, dan bismillahirrahmanirrahim :)

Salam,
Prima

Monday, June 15, 2015

The Woman from a Broken Home Family

Ketika Engkau Menikahi Seorang Istri dari Keluarga yang Tidak Sempurna...

Ketika kau memutuskan untuk menikahi seorang perempuan dengan latar belakang keluarga yang tidak sempurna, barangkali akan ada beberapa orang yang mempertanyakannya. Mungkin orangtua atau orang-orang terdekatmu. Apakah kamu serius dengan keputusan itu? Sudahkah kamu memikirkan semuanya? Tidakkah kamu takut rumah tanggamu akan berjalan tidak baik-baik saja?

Dan ketika kamu teguh dengan keputusan itu, bahkan calon istrimu sendiri mungkin meragukannya: Apakah kau tak akan menyesal di kemudian hari?

Aku mengalami semua itu. Aku pernah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan semacam itu. Hari ini, aku ingin menjawab dan menjelaskan semuanya…

Ketika kau mengenal seorang perempuan dengan latar belakang keluarga yang tidak sempurna, barangkali kau baru saja bertemu dengan perempuan dengan kemampuan menghadapi persoalan di atas rata-rata. Ia tumbuh dengan perjuangan untuk selalu bisa tersenyum di hadapan semua orang, berusaha tampak biasa-biasa saja, meskipun ada sesuatu yang menghantam-hantam dari dalam dirinya. Ia mungkin sering menangis, tetapi bukan untuk sesuatu yang remeh-temeh. Air matanya terlalu berharga untuk menangisi hal-hal sepele yang bisa ia atasi dengan cara dan usahanya sendiri. Ia menangisi sesuatu yang barangkali jika semua itu terjadi kepadamu, kau tak akan pernah bisa menahannya. Ia menangisi sebuah kehilangan.

Apa yang hilang dari dirinya? Barangkali masa kecil dan kebahagiaan yang semestinya mewarnai semua itu. Barangkali rasa bangga yang tetiba diruntuhkan oleh ketidakadilan yang entah mengapa harus menimpa dirinya. Ia menyaksikan kehancuran rumah tangga orangtuanya pada usia yang telalu muda. Barangkali ia harus mendengarkan kekecewaan ibunya sendiri tentang ayah yang dicintainya. Barangkali ia harus menerima kenyataan bahwa cinta bukan satu-satunya syarat untuk mempertahankan semuanya. Pada saat bersamaan, ia harus menutup telinga dari pembicaraan buruk orang-orang tentang keluarganya. Ia dipaksa nasib untuk menjadi dewasa sebelum waktunya.

Tetapi, kedewasaan itulah yang membuatnya menjadi pribadi yang kuat. Ia selalu punya cara untuk terlihat biasa-biasa saja di tengah hal-hal buruk yang sedang dihadapinya. Ia tetap bisa tersenyum saat orang lain terlalu lemah untuk bersikap baik-baik saja. Bayangkan, ia membangun semua sistem pertahanan dan rasa percaya diri itu selama bertahun-tahun?

Hari-hari pertama setelah kau menikahi perempuan itu, semuanya akan terasa mudah bagimu. Kau pikir, ia tak perlu banyak waktu untuk belajar menjadi istri yang baik buatmu. Ia begitu menghormatimu. Ia pandai menempatkan diri. Ia begitu pengertian dan penuh kasih. Meski mungkin kau tidak tahu bahwa sebenarnya ia menjalankan semua itu dengan penuh rasa takut dan khawatir. Ia takut hal-hal buruk yang terjadi pada orangtuanya terulang lagi pada dirinya. Ia dihantui rasa khawatir untuk melakukan kesalahan-kesalahan yang mungkin bisa mengembalikan lagi kesedihan yang bertahun-tahun berusaha dikubur di kedalaman perasaannya. Ia menjaga semuanya untuk kebahagiaanmu, untuk kebahagiaannya sendiri, untuk kebahagiaan kalian berdua.

Bulan demi bulan berlalu, kau selalu terpesona dengan keterbukaanya tentang segala sesuatu. Ia terlatih untuk jujur pada dirinya sendiri, sehingga tak memiliki apapun lagi untuk dirahasiakan darimu. Ia bisa dengan mudah menceritakan hal-hal buruk yang pernah menimpanya atau kekurangan dirinya, ia menceritakan apapun tentang keluarganya, ia ingin kau melihat dan mencintainya apa adanya.

Barangkali ia juga sering bersedih, meski mungkin kau jarang mengetahuinya. Ia terbiasa menggigit bagian dalam bibir bawahnya saat kau menceritakan tentang keluargamu: Ayahmu yang lucu, ibumu yang lugu, adik-adikmu yang nakal, atau tradisi liburan keluarga yang bertahun-tahun kau miliki dengan penuh kebahagiaan. Ada perasaan asing yang mengalir dalam dirinya ketika kau menceritakan semua itu. Rasa asing yang mungkin akan membuatnya tidak nyaman, cemburu, marah, atau segala sesuatu di antara semua itu.

Maka ia mulai mencintai ibumu seperti ibunya sendiri, ia akan menghormati ayahmu seperti ayahnya sendiri, ia menjadikan keluargamu sebagai pelabuhan bagi semua mimpinya tentang rumah cinta dan tangga ke surga. Tahun-tahun berikutnya, ketika kalian dikarunia anak-anak, ia akan selalu berusaha menjadi ibu yang sempurna bagi mereka. Ia tak ingin, dan tak ingin, dan tak pernah ingin anak-anaknya mengalami sesuatu yang sama yang pernah ia alami. Dalam daftar prioritas hidupnya, ia tulis hal-hal yang tak akan mengecewakanmu: cinta, kasih sayang, kejujuran, kesetiaan. Hal-hal yang dari semua itu ia letakkan fondasi untuk sesuatu yang kelak kalian akan sebut sebagai ‘rumah’—tempatmu bertolak sekaligus kembali, tempat kalian akan melewati semuanya bersama-sama.

Demikianlah, ketika kau menikahi seorang istri dari keluarga yang tidak sempurna, barangkali kau telah menikahi seorang perempuan terbaik di dunia… Perempuan yang dengan segala ketidaksempurnaan yang dimilikinya, akan menyempurnakan segala sesuatu yang ada pada dirimu dan semua hal di sekelilingmu.

Ketika kau melihat seorang perempuan dari masa lalu yang tidak sempurna, kau tengah melihat seorang perempuan hebat dengan seluruh keajaiban yang ada dalam hidupnya.
….

Selamat ulang tahun, istriku. Hari ini usiamu genap 28 tahun. Terima kasih karena engkau telah terlahir ke dunia ini. Terima kasih karena telah mengajariku segala hal yang tak mungkin kudapatkan lagi dari orang lain selain kamu. Terima kasih karena telah menjadi dirimu sendiri.

Selamat ulang tahun, Rizqa…

Melbourne, 9 Juni 2015

FAHD PAHDEPIE

*PS. Baca kisah-kisah saya dan Rizqa yang lainnya di buku 'Rumah Tangga'. Silakan PO ke: gita.romadhona@pandamedia.co.id

-------------
di-copy-paste langsung tanpa perubahan sedikitpun, dari Facebook: Fahd Pahdepie.
It's so good I don't even need to edit it.
Terima kasih telah membahasakan apa yang berada di benak saya selama ini, mas :)

Friday, June 12, 2015

Ramadhan Sebentar Lagi

Assalamu'alaikum sister,
 
Sudah hari Jum'at ajaaaaa, artinya detik-detik menjelang deadline pengumpulan tugas UAS sudah didepan mataaa. KYAAAAA *masih heboh dari kemarin*

Ga kerasa, saya sudah berada di penghujung semester pertama, ya Allah ternyata saya kuat melewatinya.. Hahaha, lebay. Alhamdulillah, hari-hari sepanjang empat bulan ini juga diisi dengan ibadah yang menurut saya lebih sering daripada biasanya. Makin stres saya karena tugas, makin banyak ngajinya.. Pastinya juga karena lingkungan yang mendukung, how can I thank You for everything, Allah?

Liburan semester ini akan saya isi dengan bekerja di Jogja, meski saya berharap bisa sedikit leyeh-leyeh di Surabaya atau Malang, semoga ada waktu. Nah, sambil bekerja, supaya blog ini ga sepi-sepi amat, please welcome... #1Hari1Hadits selama bulan Ramadhan :)

Sama seperti #1Hari1Ayat, saya akan menuliskan 1 Hadits setiap harinya. Bedanya, dengan segala kerendahan hati, saya mohon maaf belum bisa mengajak sister berkontribusi karena: 1) hadits punya riwayat panjang tentang kesahihannya; 2) baru kepikiran sekarang, hehehehehe. Tapi saya tentu menghimbau sister untuk turut mengkaji dan mengamalkannya, karena Al-Qur'an dan Hadits adalah sesuatu hal yang saling melengkapi. Dan ketika kita menyatakan beriman kepada Rasul Allah, sangat penting untuk kita menyimak apa saja yang pernah Rasulullah sampaikan sepanjang hidupnya.

Perlu saya katakan sejak awal, setiap hadits memiliki sejarahnya masing-masing (tentang perawi, sumber, dan lain-lain), dan saya jelas tidak memiliki pengetahuan untuk menjelaskannya. Oleh karena itu, saya akan menyertakan sumber buku yang saya gunakan agar dapat digunakan sebagai sumber rujukan. Kalau ada yang kurang tepat pada tulisan saya, salahkan aja bukunya #lho

So, sambil berharap bahwa kita akan bertemu (secara virtual, di blog ini, hehe) pada tanggal 1 Ramadhan, yuk mempersiapkan diri secara fisik dan mental agar kita bisa beribadah secara optimal di bulan penuh rahmat ini ;)

Salam,
Prima

Thursday, June 11, 2015

Refleksi Semester Pertama

Selamat hari kamis yang tidak manisss karena besok adalah hari Jum'at yang artinya deadline draft tugas UAS. AAAAAAAAAAAK BISA GILAAAAA.

Maaf kelepasan, pemirsa.

Anyway, berhubung saya sedang rehat dari mengerjakan tugas-tugas UAS (otak buntu nih, HELP MEEE), saya pingin menceritakan refleksi saya selama semester pertama ini. Siap-siap ya, insyaAllah post ini akan cukup panjang, huehehehe.

1. Saya Rindu Bekerja
Ya Allah, sumpah kangen banget sama yang namanya pola hidup 9 to 5, dan terutama sama gajinya. EAAA. Maklum namanya mahasiswa beasiswa (…..dari orang tua :p), apa-apa harus serba irit. Akhir pekan kemarin, saya pingin beli sepatu, dan saya harus mikir seribu kali ngitungin harga jual sesudah diskon padahal udah 30% aje. Dulu waktu masih kerja, mana pernah mikir diskon. Selama sisa duit di rekening masih cukup buat beli bensin sampai akhir bulan, cuss langsung bawa ke kasir. Huhuhu.
Saya juga kangen sama rekan-rekan kerja, terutama ritual makan siang diluar kantor tiap hari kamis. Duh, Yeremia, Lesya, Lydia, Marissa, do you miss me too? Oya, bulan lalu bos saya yang super baik hati berulangtahun. Terhitung dua kali saya ikut makan-makan, yaitu tahun 2013 dan 2014. Tahun lalu kalau ga salah saya yang milih tempatnya, di Sushi Tei, Ciputra World Surabaya #OgahRugi #MumpungDitraktir :)))
Barangkali saya juga kangen sama hasil kerja saya, seperti saya ceritakan di post ini. Ada alasan lain yang membuat saya memikirkan hal ini, yaitu...

2. Saya Merasa Serba Salah
It IS very hard to change my mindset to be a student, indeed. Terutama setelah terakhir kali saya megang buku kuliah itu akhir 2011, dan #jengjeng saya harus bikin essay sebagai syarat mendaftar S2, dan begitu masuk kuliah di bulan Februari, kemampuan otak saya langsung digeber habis-habisan. Ringkasan materi, review jurnal dan buku, paper, proposal dan laporan penelitian... Dag dig dug duer, daia! #BukanPromosi
Udah gitu, ternyata membuka mata hati ini untuk melihat fenomena yang layak untuk diperbincangkan (kok kayak silet prim...) itu astaghfirullah, bikin pingin garuk-garuk aspal deh. Bukan berarti itu sulit, tapi untuk yang layak diperbincangkan di ruang kelas, nah itu yang tidak terlalu mudah, terutama untuk saya. Phenomenon is everywhere, but the one that really useful to be applied for our study... HUFT. Selama satu semester ini, ga terhitung berapa kali saya (atau teman-teman) ganti judul tugas karena yang a terlalu sosiologi, b terlalu psikologi, c terlalu manajemen – belum lagi kalau dosen bilang “wah ini bukan kelasnya mahasiswa S2, ayo cari lagi yang lebih makro (atau mikro, sometimes, tergantung konteks).” Rasanya pingin nginep di perpus saking harus pelan-pelan bacain satu persatu buku yang mungkin bisa membantu.
Tapi, saya masih harus banyak bersyukur karena menurut saya, otak saya masih oke untuk diajak kerjasama. Paling enggak, saya bisa sedikit pede untuk bilang, yaaaaa saya ga bodoh-bodoh amat buat ukuran angkatan saya. Hanya saja, in case you wondering, I do read a lot, or at least forcing myself to read. No sacrifice, no victory! *salaman sama Sam Witwicky*

3. Saya Merasa Serba Salah (Bagian Dua)
When you study, your teacher don't want to hear if you don't like the subject or not. Betchul???
Hal demikian terjadi pula di S2. Ketika awal masuk kuliah, saya merasa harus open my mind. Saya harus melihat segalanya dengan sudut pandang gelas yang setengah kosong – stay hungry, stay foolish. #SungkemSamaOpaSteveJobs Tapi sekali lagi, ternyata hal itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sejak S1, saya memang lemah di materi yang berhubungan dengan media massa, apalagi karena saya ambil peminatan Komunikasi Bisnis. Eh ternyata, satu semester kuliah ini masih gagal mengubah state of knowledge saya tentang media massa. Pikirannya masih lebih ke pemasaran terus. Untungnya sih, saat ini saya ambil peminatan Manajemen Komunikasi, jadi lebih ke korporat gitu.. Hanya saja, keadaan ini cukup mengganggu saya dalam menghadapi mata kuliah yang membutuhkan pengetahuan mendalam tentang media massa. HIKS HIKS.

4. Saya Mendapatkan Teman-teman yang Luar Biasa
Alhamdulillah, Allah Maha Baik. Ia tidak membiarkan semangat saya habis dilumat masalah. Ia menghibur saya, salah satunya adalah lewat teman-teman yang tidak hanya gemar memotivasi, tapi juga 'memotivasi' untuk hal-hal yang sedikit melenceng. Kembalilah ke jalan kebenaran, guys! Mulutnya pada lucak yaaa, hahahahaha. Selalu ketawa kalau ingat obrolan-obrolan makan siang. Meski ya ada juga sih teman yang bikin hati terus mengucap istighfar, you know who you are, hihihi.

5. Saya Menemukan Penghiburan
Selain teman-teman, saya juga berkesempatan mendapatkan recharge energi lewat pengajian. Tidak banyak memang, tapi kalau dirata-rata sebulan sekali, dan tidak main-main, yang ngisi ada Teh Ninih, Peggy Melati Sukma, Ustadz Yusuf Mansur, Benefiko, dan lain-lain. Partner pengajiannya juga seru, biasanya sama teman saya yang cantik jelita, namanya Sakinah (...mawaddah wa rahmah :p), kadang juga sama Voetti (teman satu kelas, satu peminatan), atau ada teman lain yang janjian ketemu disana.
Sebenarnya saya merindukan suasana pengajian Hijabee Surabaya, seperti yang pernah saya ceritakan di post ini. Apalagi ustadz-nya udah kenal karakter kami, dan saya juga pernah konsultasi secara pribadi. Tapi dari segi materi, pengajian di Jogja lebih beragam. Kapan-kapan saya share ya di blog, insyaAllah ;)

6. I'm a Discussion-Freak!
Dua bulan terakhir, saya mulai rutin mengikuti kajian-kajian, seperti kajian dari IIS (Institute of International Studies), dan sudah sekali menghadiri kajian dari Pusat Studi Asia Tenggara. Saya juga pernah berdiskusi dengan beberapa orang yang bertugas di Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian. Busyet, kurang kerjaan prim? Haha. Tapi nih, meski sampai sekarang saya belum merasa mendapat manfaat secara langsung, saya positive thinking bahwa ilmu-ilmu yang saya dapatkan tersebut akan berguna di masa depan. Mungkin tidak untuk studi saya, but hey I still have a long way after graduation :)

7. I'm a Peer Counselor Now
Hari jum'at lalu, saya dinyatakan 'lulus' setelah mengikuti pelatihan konseling selama lima minggu terakhir. Buat saya pribadi, saya membutuhkan pelatihan ini untuk belajar mengasah sense of listening saya yang kacrut banget. Saya sih sebenarnya belum terlalu pede untuk menerima konseling, tapi berhubung salah satu impian saya adalah mendirikan biro konseling (baca deh post ini), jadi... siapa yang mau jadi kelinci percobaan saya? ;)

Wew, ga kerasa udah 1000 kata aja.. Coba kalau bisa selancar ini waktu ngerjain tugas, bisa deh IP 4. AMIN AMIN ya Allah.. Oya, saya sedikit khawatir sama IP saya nih, tapi ya sudah pasrah saja deh. Mohon doanya ya sister, semoga IP saya lumayan memuaskan, dan saya bisa melanjutkan semester berikutnya (kan siapa tahu ada yang ngajak nikah pas liburan, hahaha). Have a great week ahead!

Lots of love,
Prima

Wednesday, June 10, 2015

Sendiri (Lagi)

Setiap pribadi yang masih diberi kebahagiaan oleh Allah untuk menjalani kehidupan sebagai single (yaelah mau ngomong 'single' aja panjang banget deh prim.. :p), selalu ada masanya ketika ia merasa lelah.

Kapankah datangnya pasangan hidup yang Engkau janjikan, ya Allah? Kapankah kesendirian ini akan berakhir?

Apakah aku kurang baik untuk ia pertimbangkan, ya Allah? Apakah usahaku kurang menyenangkan-Mu, ya Allah?

Kadang, ada juga masanya pertanyaan-pertanyaan itu menjadi kepasrahan, “ya sudah terserah Engkau saja, ya Allah..”

It's not easy to be patient, of course. Makanya ada yang bilang kalau sabar itu gampang, hadiahnya kecil-kecil macem rice cooker, setrika, sepeda gunung, dan sebagainya (memang jalan sehat prim?).

Saya tidak tahu bagaimana sabar yang baik, saya tentu bukan orang yang tepat untuk mengajarkannya. Yang saya tahu, satu hal yang PASTI, Allah lebih tahu apa yang baik bagi kita. Jika Ia minta kita menyelesaikan sekolah dulu, ya jalani saja. Jika Ia minta kita membangun bisnis dulu, ya jalani juga. Toh tugas kita 'hanya' mempersiapkan diri. Kalau kita bisa ikhlas pada kematian (yang jelas tidak dapat diprediksi kapan datangnya), harusnya kita bisa lebih tawakkal pada suatu kejadian yang membutuhkan tidak cuma diri kita sendiri – tapi juga berhubungan dengan orang lain, yang sedang menghadapi takdirnya juga.

Kadang Allah menunjukkan jalan: kadang jalan itu terasa lapang, kadang kita menemukan jalan buntu. Hal ini tidak hanya berlaku untuk pasangan hidup, tapi juga studi, karir, dan lain-lain. Kalau kita bisa tegar menghadapi naik-turunnya IP; kalau kita bisa kuat bersaing diantara ribuan pelamar kerja dan bisa menerima meski dipecat tiba-tiba; harusnya, ya harusnya, kita bisa tersenyum saat calon pasangan hidup membatalkan pinangannya.

Allah tidak akan memberikan cobaan melebihi yang sanggup ditanggung oleh hamba-Nya.
Jika Ia memberi cobaan tersebut, Ia tahu kita sanggup menghadapinya.
Jika Ia percaya pada kita, mungkin ini saatnya kita mempercayai-Nya dengan sepenuh hati.

Lots of love,
Prima

*For you, keep smile :)

Wednesday, June 3, 2015

The King's Speech: When Public Speaking Skill Doesn't Comes Naturally


Hai hai, apa kabar para pembaca yang budiman? :)))

Maaf ya, ternyata saya belum sempat menuliskan review film yang saya janjikan dua minggu yang lalu. Hiks. Tugas-tugas UAS sudah membayangi, dan meskipun kami baru akan masuk masa UAS secara resmi minggu depan, kami sudah mengerjakan dengan kecepatan penuh mulai senin minggu lalu. Kadang saya heran kenapa seminggu sebelum UAS disebut pekan sunyi atau minggu tenang, sementara pada kenyataannya jelas minggu tersebut adalah minggu panik? Hahaha, ga penting sekali lah prim.

Anyway, beberapa minggu yang lalu, saya menonton film The King's Speech yang dibintangi oleh Colin Firth, Helena Bonham Carter dan Geoffrey Rush. Kalau sudah pernah menonton King's Speech, sister tentu tahu bahwa ceritanya adalah tentang Raja George VI - anak dari Raja George V dari Inggris – yang didapuk untuk melanjutkan kekuasaannya. Sayangnya, anak ini, punya satu kekurangan teramat besar: gagap.

Bagi rakyat jelata seperti kita (kitaaaaa), gagap mungkin bukanlah suatu masalah yang krusial. Tapi bagi seorang pemimpin, tentu saja malu-maluin banget kalau ga bisa bicara didepan publik. Bayangin kalau disuruh pidato kenegaraan, membuka pameran atau konferensi, menyambut tamu-tamu diplomatik; banyak deh pokoknya tugas-tugas kepemimpinan yang berhubungan dengan public speaking.

Lahir sebagai seorang yang pinter ngomong (#preketek), dulu saya berpikir bahwa public speaking is just natural for everybody. Bukankah sejak SD kita sering dapat tugas bercerita didepan kelas? Apalagi jaman sekarang, murid-murid SMP udah dapat tugas presentasi, wuih.. Pake slide powerpoint segala.. Ckckck.

Pandangan ini justru berubah ketika saya masuk Jurusan Ilmu Komunikasi di S1. Waktu itu, pernah ada yang bertanya kepada saya, “kayak apa tuh ramenya kelasmu? Pada suka ngomong semua..” Dan saya ga pernah ngerasa kalau kelas saya seriuh itu. Semakin banyak semester, kami semakin memahami bahwa skill terbaik yang dibutuhkan dalam komunikasi adalah listening (semoga). Bahkan, saya punya seorang teman sekelas yang tidak bersuara sama sekali di kelas hingga semester IV. Kami baru mendengar suaranya saat ia mempresentasikan sebuah tugas, kalau ga salah film dokumenter, and his work was incredibly amazing.

Sejak saat itulah saya makin tertarik dengan public speaking, karena meski bagi sebagian orang hal ini erat kaitannya dengan 'omong kosong', saya merasa ada banyak hal yang bisa didapatkan dari public speaking yang baik. Soekarno tentu adalah one of the world' class public speaker. Mario Teguh aja ga ada apa-apanya #lhah

A good public speaker can influence the audience, a great public speaker can change the world – only by his/her voice!

But I do know it can be a big problem for some people, even for me, sssttt saya masih sering gemetar kalau mau bicara didepan orang banyak kok. So, kali ini saya mau bagi sedikit tips untuk membantu sister memperbaiki kemampuan public speaking.

1. Persiapan Materi
Hal ini mutlak adalah hal yang paling penting dalam public speaking. Meski dalam pidato kita mengenal teknik impromptu atau spontan, tapi hal ini tidak disarankan terutama pada event yang sangat penting dan besar. Menurut saya, kecuali sister paham 100% mengenai materi yang akan disampaikan, dan 100% pede, jangan coba-coba dengan teknik impromptu. Soalnya, teknik impromptu hanya bisa mempertahankan ide pada beberapa menit pertama. Sisanya.. good luck aja deh.

Saya  juga kudu mengutip pembahasan dari Aristoteles tentang teori retorika nih, yaitu:
a. Ethos: karakter, intelegensi, dan niat baik yang dipersepsikan dari seorang pembicara; atau secara umum dipahami sebagai 'keterpercayaan' atau 'kejujuran'. Contohnya, pada sebuah seminar tentang kewirausahaan, kita akan lebih terbuka pada pembicara yang memang seorang pengusaha, daripada jika pembicaranya tidak pernah berbisnis sama sekali. 

b. Logos: penggunaan argumen dan bukti dalam sebuah pidato. Perhatikan contoh dibawah ini:

“Sister yang dirahmati Allah, bahkan Rasulullah telah menyatakan bahwa 9 dari 10 pintu rezeki adalah berdagang. Profesi pengusaha memberikan kita kesempatan untuk menggeluti apa yang menjadi hobi atau passion kita, memaksimalkan potensi penghasilan, dan membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain.”

“Sister yang dirahmati Allah, menjadi pengusaha memberikan dorongan yang lebih besar agar kita terus berusaha menggapai langit, mencetak pundi-pundi emas, dan meningkatkan hajat hidup orang banyak.”

Yang kedua memang bikin “apose kokondao, prim?” Simpelnya, dibutuhkan dasar bagi kita memberikan pendapat dengan jelas, lugas, dan ringkas. 

c. Pathos: emosi yang dimunculkan dari para pendengar. Misalnya, ketika kita menyampaikan pidato tentang pencegahan HIV/AIDS di kalangan remaja, kita akan bercerita dengan penuh keprihatinan, ga mungkin haha-hihi ketawa-ketiwi.. Bisa-bisa ditabok audiens kan.

Persiapan juga melibatkan audiens khalayak, makanya kalau ada ustadz/ustadzah yang berceramah di kalangan orang tua, lebih sering menggunakan bahasa daerah. Atau kalau di hadapan kalangan akademisi, maka fakta-fakta numerik akan dipaparkan sedemikian rupa. Use the language of the audience, so they understand more of what we are talking about.

2. Persiapan Fisik
Materi siap, maka waktunya kita mengolah tubuh agar siap melakukan pidato. Bagaimana kita berdiri, bagaimana kita menggerakkan tangan-kepala-pundak-lutut-kaki-lutut-kaki (lah, kok jadi nyanyi sih :p), bagaimana kita melakukan improvisasi pada volume suara kita – hal-hal ini sangat fisik dan dapat mempengaruhi kenyamanan kita sendiri sebagai pembicara. Kalau posisi kita berdiri kurang enak, kita ga bisa 'bertahan lama', pasti rasanya limbung.
Tentang suara, ada baiknya kita melakukan olah pernapasan agar kita tidak terdengar terengah-engah atau berhenti di tengah pembicaraan. Google aja gimana melakukan olah pernapasan yang baik dan benar.

3. Persiapan Mental
Materi siap, fisik oke, audiens sudah didepan mata, telapak tangan dan kaki kok rasanya dingin? Tenang, itu wajar, hehehe. Take a deep breath, hitung angka satu sampai lima (jangan sampai seratus, kasihan audiens pada nunggu :D), dan sampaikan kalimat pertamamu dengan lantang untuk memberanikan dirimu sendiri. Kabar baiknya, meskipun kamu sebenarnya ga pede, audiens ga akan tahu kalau kamu ga menunjukkannya. Berikan jeda pada tiap paragraf, agar kamu bisa memberi waktu untuk menstabilkan suaramu (yup, kalau kamu ga pede, suaramu akan terdengar bergetar). Jujur, kalau saya lagi minder berat untuk menghadapi audiens, saya lepas kacamata (dan ga pake soft lens juga) supaya saya ga bisa ngeliat wajah audiens. Saya anggap aja semua audiens ini boneka jadi saya bebas ngomong apa aja. Hihihi, if you wear glasses, you might wanna try that!

Percayalah bahwa public speaking bisa banget untuk dipelajari dan dilatih. Semua dari kita ga tiba-tiba bisa masak/nyuci/nyapu/ngepel dari lahir kan? Again, it might be natural for some people and difficult for some others, tapi ga ada ruginya untuk mencoba karena kemampuan ini insyaAllah akan berguna di masa depan.

Semoga tips dari saya berguna untuk sister, kalau mau nambahin trik-trik lain boleh lho ;)

Lots of love,
Prima
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...