Tuesday, July 14, 2015

Iman Itu (Ternyata) Sederhana

“Ada tiga perkara yang barangsiapa dapat mengumpulkan ketiga hal itu dalam dirinya, maka ia telah dapat mengumpulkan keimanan secara sempurna. Yaitu, memperlakukan orang lain sebagaimana engkau suka dirimu diperlakukan oleh orang lain, memberi salam terhadap setiap orang (yang engkau kenal maupun yang tidak engkau kenal), dan mengeluarkan infak di jalan Allah, meskipun hanya sedikit.” (HR. Bukhari)

Konon kata Sudjiwo Tedjo, ibadah terbaik di muka bumi ini adalah 'membahagiakan sesama'. Saya rasa hal tersebut sangat benar. Bukankah kita sebagai muslim diajarkan untuk menjaga hablum minannas, agar sama maksimalnya dengan hablum minallah?

Ketika membaca hadits diatas, saya merasa lega karena ternyata iman itu sangat sederhana. Sholat dan mengaji siang-malam tentu saja sangat baik. Tapi ternyata Allah menciptakan kita sebagai makhluk sosial itu menjadikan suatu kewajiban tertentu, yaitu: berbuat baik.

Mengacu pada hadits diatas, parameter berbuat baik itu mudah kok. Kalau you ga suka digituin, ya you jangan begitu sama orang. Ga suka disirikin? Ya jangan sirik. Ga suka digosipin? Ya jangan nggosip (oke, ini sulit). Pada dasarnya, manusia itu bersifat egois kok – maunya dirinya enak duluan. Orang lain? Nanti dulu. Tapi kalau semua maunya begitu kan jadi repot. So, sering-seringlah bercermin. Bukan hanya sister yang 'berkepentingan' untuk bahagia hari ini. Mulailah dengan membahagiakan orang lain, supaya orang-orang yang lain lagi, turut bergantian membahagiakan sister.

Demikian pula dengan salam. Kapan-kapan saya akan menuliskan review buku Rindu oleh Tere Liye. Disitu digambarkan bahwa manusia itu sama rata, sama derajat. Terutama ketika islam datang, menghapuskan perbedaan, dan meninggikan harkat perempuan. Maka hakikat memberikan salam kepada setiap orang adalah memandang bahwa kita tidak lebih baik daripada orang lain. Cuma, sister jangan modus juga. Mumpung ada hadits gini, jadi tebar salam ke dedek-dedek emesh dimana-mana, hihihi.

Yang ketiga, ternyata ini cukup sulit lho. Mungkin kita terbiasa baru berinfak saat ada kelebihan rezeki. Padahal, yang memberi rezeki siapa? Exactly, Allah SWT. Maka biasakan berinfak saat lapang maupun sempit. Saat lapang, diniatkan untuk bersyukur. Saat sempit, diniatkan untuk menghapus dosa yang menahan rezeki.

See? I know it's easier said than done, even for myself. Makanya, yuk kita sama-sama saling mengingatkan :)

Salam,
Prima

Daftar Pustaka
Syaamil Al-Qur'an (Al-Qur'anulKarim): Miracle The Reference, Halaman 82
Penerbit: Sygma Publishing, Bandung

2 comments:

  1. makasih utk hadist nya. ini benar2 sebagai pengingat kita sebagai manusia yg egois

    ReplyDelete
  2. Reminder ini, mba Prima. Kalau untuk salam, hanya bisa dilakukan sama perempuan ya.

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...