Monday, February 20, 2017

Weekend Journal #8

Aloha, good morning! Ya Allah, sudah tanggal 20 Februari, artinya saya sudah ambil break dari pekerjaan selama tiga minggu lebih. Rasanya sudah tiga tahun (lebay) saya engga berinteraksi sama orang masalah deadline, dan engga ada penghasilan. Sediiih, pingin jalan-jalan – padahal minggu lalu baru nge-trip ke Kalibiru – pingin belanja, pingin ini itu banyak sekali. Maybe this is why saya diliputi kekhawatiran yang luar biasa. Kalau kata orang, salah satu sumber ketidakbahagiaan yang paling utama adalah ketika kita tidak hidup untuk hari ini, tapi terlalu banyak berangan-angan ke masa depan yang masih jauh.

Contohnya saya yang saat ini masih single, terus ngebayangin “enak kali ya punya suami, ada yang ngebantuin diskusi tesis.” Padahal belum tentu juga, kenyataannya nih, teman-teman sekelas saya yang sudah menikah, malah tesisnya berhenti karena keasyikan ngurus rumah tangga.

Atau contoh lagi, masih tentang saya yang sedang mengerjakan tesis. Setiap kali saya lihat lowongan pekerjaan, terutama yang berhubungan dengan hubungan internasional, saya sering berharap sudah lulus dan tiba-tiba bekerja di instansi terkait. Padahal kembali bekerja full time di kantor mungkin engga seindah yang saya harapkan. Segala macam tuntutan ada di depan mata untuk membuktikan apakah kita cukup profesional dan produktif. Apalagi orangtua akan tutup mata: engga peduli gajimu berapa, kamu harus bisa survive. Anyway, British Embassy buka lowongan lho: [Digital Media Officer]

Makanya sekarang saya berusaha fokus pada hari demi hari. Setiap pagi, saya mengingatkan diri sendiri untuk membuat kemajuan dengan tesis. Mau harus baca bahan selama dua jam nonstop (satu jam aja deh...); ngetik 1000 kata (hitungannya sedikit, tapi kalau buat tesis, malasnya kanmaen); atau browsing case study (believe me, it can take a lot of time).

Demi menjaga kewarasan, saya memaksakan diri untuk keluar rumah paling tidak dua hari sekali. Saya orangnya suka mager, tapi engga bagus untuk kesehatan mental karena saya orang yang sangat people person. Saya harus tetap ketemu orang agar tidak stres.

Saya juga berusaha untuk tidak melirik kalender atau agenda. Saya membuat jadwal maksimal seminggu ke depan agar tidak memberati pikiran saya sendiri. Hal ini ternyata berguna karena saya jadi melakukan evaluasi setiap hari. Seperti akhir pekan kemarin, saya merasa bersalah karena gagal membaca 5 jurnal dan mengetik 1500 kata untuk kerangka pemikiran. Saya pun harus ‘membayar hutang’ tersebut pada hari ini dan besok. Di sisi lain, saya masih harus banyak istirahat karena badan belum pulih seratus persen. I also attended my classmate’s wedding and turned out it was really fun. Namanya mahasiswa kalau udah ngerjain tesis, cuma bisa reunian kalau lagi bimbingan (itupun beda dosen pembimbing) dan ada yang menikah. I definitely enjoyed last weekend but still feel guilty for my thesis.

Jadi, buat kamu yang sering merasa gelisah, coba lihat lagi apakah kamu tipikal orang yang suka berandai-andai dan justru mengabaikan masa sekarang? Saya pernah baca salah satu cara agar sholat kita lebih khusyu’ adalah dengan membayangkan jika sholat ini adalah sholat terakhir yang kita lakukan. Dalam hidup, saya merasa akan lebih mudah untuk berjuang jika kamu tahu hari ini adalah hari terakhir kamu berada di dunia. After all, kita engga tahu apakah kita masih akan hidup keesokan hari. So, do your best today and make the most of your happiness!     

Love,
Prima

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...