Thursday, October 30, 2014

High

Saya pernah ga lulus SMA.

Ups, ini bukan tentang Ibu Menteri yang satu itu.

Saya bukan mau bahas beliau, hehehe *penonton kecewa*

Sekarang, setelah delapan tahun berselang dari insiden yang memalukan keluarga itu, saya baru saja berpikir, apakah kehidupan saya akan menjadi lebih baik kalau seandainya saya lulus SMA dengan baik-baik saja?

We never know.

But, Allah is the best planner, indeed.

And I thank Him for giving me warning that soon, before everything is too late.

Saya adalah salah seorang murid yang pintar, tanyakan pada teman-teman sekolah saya, atau guru saya, mereka akan mengakuinya. Meski sebenarnya saya ngerasa kurang cepat dalam memahami materi pelajaran eksak, tapi saya lebih suka mengulanginya sendiri di rumah daripada ikut les atau bimbel. Toh nyatanya saya tidak pernah keluar dari peringkat sepuluh besar sepanjang sejarah saya bersekolah. Di kelas 2 dan 3 SMA saya juga bolak-balik peringkat satu atau dua. Bahkan saya bisa ngajari teman saya, dan juga memberikan les untuk siswa SD.

See how my life seems so okay?

Nah, MUNGKIN kemudian saya menjadi sombong. Menduga bahwa semua yang saya dapatkan semata karena usaha keras saya. I deserve it. I deserve to be the champion.

Lalu tibalah pukulan itu. Nilai Matematika di Ujian Nasional saya hanyalah 4,00 - tanpa saya tahu mengapa. Soalnya saya ngerasa bisa-bisa aja waktu ngerjain. 7 lah minimal, pikir saya. 

Terkejutkah saya waktu menerima kabar ketidaklulusan itu?
Sangat. 

Saya, seorang rahma (panggilan saya waktu SMA), yang gini ini?? Masa ga lulus? Malu-maluin keluarga (dan sekolah) aja. 

Lama kemudian saya baru sadar, ini salah satu bentuk kasih sayang Allah. Masih lebih baik dihukum di dunia, daripada di akhirat nanti. Iya kan?? 

He shows that He still care. Coba kalau saya dibiarin sombong, mungkin saya akan jauh dari rahmat dan ampunan-Nya. Hih, saya ga berani ngebayangin.

“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” (HR. Muslim no. 91)

Saya ga sedang mencari sensasi. Saya percaya lulus sekolah itu kewajiban anak terhadap orangtuanya, kewajiban murid terhadap sekolahnya, kewajiban diri sendiri terhadap kesempatan menimba ilmu. 

Tapi begini, sekiranya kamu menemukan saya mulai sombong karena jadi finalis World Muslimah Award, tabok aja saya. Sms. Whatsapp. Bbm. Line. Mention. Kirim message di Facebook. Kirim email. Tolong ingatkan saya sebelum Allah mengingatkan saya dengan cara-Nya.

Mohon doanya, agar saya bisa mengemban amanah ini dengan penuh tanggung jawab :)

Lots of love,
Prima

6 comments:

  1. "Barangsiapa yang hendak diberi hidayah oleh Allah, niscya Dia akan membukakan dadanya untuk menerima Islam. Dan siapa yang dikehendaki-Nya menjadi sesat, niscaya akan Dia jadikan dadanya sesak lagi sempit, seakan dia sedang mendaki langit." (Al-'Araf 125)

    ReplyDelete
  2. Saya baru tahu mbak. Nggak nyangka aja ada cerita seperti ini di hidup Mbak. Semangat mbak!
    Insha allah diingatkan.

    ReplyDelete
  3. Insyaallah Primm,,,manusia emang wajib saling menasehati dan mengingatkan,,,bisa juga ku mengingatkan dan menasehati ku,,,semangat ya,,semoga menang,,amiien,,

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  5. Yang terbaik di mata Allah, memang kadang berbeda dengan di mata manusia. Syukur membuat kita merasa disayang :)

    Postingan yang bagus. :)
    Saya sudah follow Blognya mbak Prima, kalau berkenan, bolehkah minta follbeck? http://nikmatusai.blogspot.com/

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...